Senin, 05 Januari 2015

ANALISIS PEMAHAMAN UNGKAPAN SILIH ASAH SILIH ASIH SILIH ASUH PADA KALANGAN REMAJA SUNDA oleh Pramita

Analisis Pemahaman Ungkapan Silih Asah Silih Asih Silih Asuh pada Kalangan Remaja Sunda

Pramita
Departemen Pendidikan Bahasa Jepang
FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana pemahaman pada kalangan remaja Sunda tentang ungkapan ungkapan silih asah silih asih silih asuh. Hal ini dikarenakan banyak sekali anak muda zaman sekarang yang masih belum tahu tentang budayanya sendiri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket yang disebar kepada mahasiswa, sebanyak 20 orang. Hasil penilitian menunjukkan bahwa remaja Sunda kebanyakan hanya mengetahui ungkapan tersebut tetapi tidak mengetahui apa arti dan makna dari ungkapan itu.

Kata kunci : Makna Silih Asah Silih Asih Silih Asuh, pemahaman pada kalangan remaja, manfaat




Pendahuluan
Bahasa Sunda merupakan bahasa daerah di Indonesia yang digunakan oleh masyarakat Sunda yang bermukim di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Bahasa ini menempati posisi kedua paling banyak penuturnya setelah bahasa Jawa. Bahasa Sunda memiliki keunikan yang berbeda dari bahasa lain, yaitu memilki tingkatan berdasarkan tingkat kesopanan (undak usuk). Ada bahasa Sunda lemes, bahasa Sunda loma (sedang) dan bahasa Sunda kasar. Penggunaan tingkatan ini tergantung dengan siapa kita berbicara, apakah itu lebih muda, seumuran atau lebih tua. Selain itu, bahasa Sunda memiliki vokal e pepet dan eu yang tidak dimiliki bahasa lain termasuk Indonesia. Contohnya lebet dengan leubeut.
Dalam bahasa Sunda, ada yang disebut dengan babasan atau dalam bahasa Indonesia artinya ungkapan. Ungkapan (babasan) biasanya terdiri dari dua kata atau lebih yang ucapan – ucapannya yang tidak terang – terangan dan memiliki konotasi yang pasti, bahasanya yang singkat dan jangan diartikan yang sebenarnya. Contoh dari babasan yaitu ngadu angklung (berdebat mulut yang tidak ada gunanya), dulang tinandé (wanita mengikuti kata laki – laki), nyalindung ka gelung (mengandalkan usaha istri), buntut kasiran (pelit), dan lain – lain.
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun yang merupakan masa peralihan antara masa anak – anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja ini adalah masa – masanya senang mencari sesuatu hal baru, dan masa dimana orang tua harus mengajarkan pada mereka tentang budaya mereka.
Di tatar Sunda, ada salah satu ungkapan yang sangat tidak asing ditelinga kita, yaitu ungkapan Silih Asah Silih Asih Silih Asuh. Ungkapan ini memiliki arti yang mencerminkan ciri khas orang Sunda. Namun masih banyak orang yang tidak mengerti apa arti dari ungkapan tersebut, terutama pada kalangan remaja. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menelitinya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, fokus penelitian ini bertujuan membahas hal-hal berikut ini: (1) Makna ungkapan silih asah silih asih silih asuh; dan (2) Hasil analisis pemahaman remaja Sunda mengenai ungkapan Silih Asah Silih Asih Silih Asuh.

metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Adapun ciri-ciri dari metode survei adalah, tujuannya dapat bersifat deskriptif dan juga verifikatif, eksplanatori atau konfirmatori, data dikumpulkan dari sampel yang telah ditentukan, data variabel penelitian dijaring dengan menggunakan alat pengumpulan data tertentu, yaitu kuesioner (Kerlinger, 1990; Zikmund, 2000; dan Sekaran, 2000).

Hasil dan pembahasan
1.    Makna Silih Asah Silih Asih Silih Asuh
Nilai silih asah, silih asih, silih asuh (silas) mengandung satu unsur kata yang sama berupa silih artinya saling, yang menurut Suryalaga (2010; 107-122) dengan penggunaan kata saling sudah menunjukkan adanya gerak aktif dari pihak-pihak yang bersangkutan, saling memberi respon dengan penuh kesantunan. Konsep dasar silih asah adalah saling mencerdaskan, saling menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan pengalaman lahir batin. Capaian akhirnya adalah peningkatan kualitas kemanusiaan dalam segala aspeknya, baik pada tataran kognisi, afeksi, spritual maupun psikomotorik. Selanjutnya, silih asih lebih cenderung kepada kualitas intrinsik yang berada dalam batiniah seseorang. Bila rasa asih telah bersemayam dalam batiniah setiap insan, maka hubungan sosialpun akan selalu dilandasi dengan getaran-getaran keindahan nilai manusiawi yang harmoni, yang berakhir pada kebahagiaan bersama. Silih asuh berasal dari kata asuh mengandung makna membimbing, menjaga, mengayomi, memperhatikan, mengarahkan, membina secara seksama dengan harapan agar selamat lahir batin dan bahagia dunia akhirat. Orientasi nilai budaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat tatar Sunda yang tata tentrem karta rahaja (hidup tentram dan sejahtera).
Makna silih asah, silih asih, silih asuh (Silas) sebagai kearifan budaya Sunda mengandung nilai keharmonisan dalam membangun kualitas kemanusiaan yang esensinya bersifat universal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

2.    Hasil analisis pemahaman remaja Sunda mengenai ungkapan Silih Asah Silih Asih Silih Asuh

Tabel 1
Remaja yg tahu
Remaja yg paham
17
7

Dari hasil angket yang telah dibagikan pada kalangan remaja Sunda, hampir semua remaja mengetahui ungkapan tersebut, tetapi yang benar – benar paham mengenai makna ungkapan silih asah silih asih silih asuh hanya sebagian saja, yang sebagian lainnya hanya tahu tetapi tidak paham artinya. Ada yang hanya tahu arti dari silih asih saja, ada yang hanya tahu silih asuh saja, dan hanya tahu silih asah saja.

Simpulan dan saran
Dari hasil analisis data penelitian yang diuraikan dalam pembahasan, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: (1) Makna silih asah, silih asih, silih asuh (Silas) mengandung nilai keharmonisan dalam membangun kualitas kemanusiaan; dan (2) Hasil analisis pemahaman menunjukkan bahwa kalangan remaja Sunda memang mengatahui ungkapan silih asah silih asih silih asuh, tetapi kebanyakan tidak mengetahui apa arti dan makna dari ungkapan tersebut.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan ini, saran-saran yang dapat disampaikan adalah: (1) kepada kalangan muda untuk lebih mempelajari tentang budaya terutama budaya Sunda, agar tidak hilang dan punah; (2) guru – guru juga harus memberikan pelajaran tentang kebudayaan kepada siswa supaya mengetahui tentang budayanya.



Daftar Pustaka
Nia. 2013. ”Silih Asah Silih Asih Silih Asuh”. (Online). Tersedia: https://niaceria17.wordpress.com/2013/05/30/silih-asah-silih-asih-silih-asuh/, diakses pada tanggal 3 januari 2015.
Saleh, F. 2013. “Makna “Silas” Menurut Kearifan Budaya Sunda Perspektif Filsafat Nilai: Relevansinya Bagi Pemberdayaan Masyarakat Miskin”.Jurnal Sosiohumaniora, 15. 158-166.
Saleh, F. 2010. “Orientasi Nilai Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh Da-lam Perspektif Kearifan Lokal Budaya Sunda Sebagai Landasan Pembangunan CSR Di Jawa Barat”. dalam Warta Bappeda Provinsi Jawa Barat, diterbitkan Bappeda Provinsi Jawa Barat, Volume 15, Nomor 4: 29 – 36.
Suryadi, E. 2007. Pengaruh Kearifan Lokal Sunda  terhadap Aktualisasi Perilaku Ilmiah,  Edukatif, Dan Religius. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia
--------------.1995.Silih Asih Silih Asah Silih Asuh. Bandung:Lembaga Kebudayaan Universitas Pasundan.

Rizka, Dolla. 2011. Penerapan Nilai Silih Asah, Silih Asih, dan Silih Asuh dalam Pengasuhan Anak sebagai Upaya Preventif terjadinya Juvenile Delinquency pada Remaja di kota Bandung.

2 komentar:

  1. Saya mahasiswa upi juga. Kebetulan kajian dari pembahasan ini sama dengan topik tesis saya. ini itu penelitian skripsi atau apa? mohon bantunannya ya.. hehehe

    BalasHapus