Senin, 05 Januari 2015

ANALISIS PEMAKAIAN SHUUJOSHI “NA” DAN “NE” TERKAIT MODALITAS PADA KOMIK “BYOUSOKU GO SENCHIMEETORU” (SHINKAI MAKOTO : 2010) Oleh Dita Gina Hadianti

ANALISIS PEMAKAIAN SHUUJOSHI “NA” DAN “NE” TERKAIT MODALITAS PADA KOMIK “BYOUSOKU GO SENCHIMEETORU” (SHINKAI MAKOTO : 2010)

Dita Gina Hadianti
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat – Indonesia

ABSTRAK
Shuujoshi memberi keterangan dalam kalimat terhadap inti hal yang dibicarakan oleh pembicara. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap makna dan modalitas. Sujoshi na dan ne memiliki makna yang hampir sama yaitu sebagai pemberi makna konfirmasi dalam kalimat. Penelitian ini memberikan penjelasan lebih jauh mengenai penggunaan makna shuujoshi na () dan ne () pada kalimat atau kata yang dilekatinya. Dari hasil analisis data diketahui bahwa: (1) pada komik byousoku go senchimeetoru, shuujoshi na melekat pada modalitas ganbou, kakugen, gaigen, kyoka, dan irai dan shuujoshi ne melekat pada modalitas irai, kakugen, ganbou, dan gaigen; (2) Substitusi shuujoshi na dan ne dapat dilakukan tanpa mengubah modalitas; (3) Penempatan posisi shuujoshi na dan ne selain di akhir kalimat memengaruhi struktur kalimat tersebut, namun tidak mengubah makna; (4) Penggunaan bunyi panjang pada shuujoshi na dan ne hanya mengubah nuansa nada emosi pembicara menjadi lebih kuat namun tidak mengubah makna kalimat dan modalitasnya
Kata Kunci: shuujoshi na, shuujoshi ne, modalitas.

PENDAHULUAN

       Dalam kalimat bahasa Jepang, sering dijumpai penggunaan shuujoshi seperti ka, wa, yo, na, ne dan lain sebagainya. Shuujoshi menunjukkan berbagai makna seperti yang bermakna menunjukkan ketegasan(さ), menunjukkan pertanyaan(か、かい、かな、かしら), menunjukkan konfirmasi atau persetujuan(ね、な), menunjukkan notifikasi(よ、ぞ、ぜ), menyatakan kekaguman(なあ、わ), menyatakan konfirmasi ingatan (っけ), menyatakan larangan () dan lain sebagainya (Masuoka Takashi, 1992: 52). Shuujoshi memberi keterangan dalam kalimat terhadap inti hal yang dibicarakan oleh pembicara. Hal tersebut berkaitan dengan modalitas. Menurut Chaer (1994: 162), modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yakni mengenai perbuatan, keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan bicaranya. Sikap ini dapat berupa pernyataan, kemungkinan, kinginan, atau keizinan.
Dalam penggunaannya, terdapat shuujoshi yang memiliki makna mirip, misalnya shuujoshi naa, na dan  ne pada data berikut;
1)    Toono kun rainen mo issho ni sakura o mireru to ii ne.
‘Toono, akan menyenangkan bila tahun depan juga kita bisa melihat sakura    bersama-sama ya?’ (Shinkai Makoto, 2010: 40)
2)    Nishichuu sakkaa bu sonna tsuyokunai yo naa?
klub sepakbola Nishichuu tidak sekuat itu kan ya?’ (Shinkai Makoto, 2010: 53)
3)    Yomiowattara hanashitai na
          ‘Aku ingin deh membicarakannya setelah kamu selesai membaca.’ (Shinkai Makoto, 2010: 18)
Kalimat yang dilekati shuujoshi bergaris bawah pada data (1) dan (2) adalah kalimat yang sama-sama meminta persetujuan kepada lawan bicara (modalitas permintaan). Pada data (1), ihwal persetujuan ditandai dengan shuujoshi ne, sedangkan pada data (2) ditandai dengan shuujoshi naa. Pada data (2), shuujoshi na mengalami bunyi panjang. Ihwal penggunaan bunyi panjang dalam shuujoshi na dan ne, menurut Kawashima (1999 : 105) adalah ketika pembicara berbicara dengan perasaan yang lebih dalam daripada biasanya. Hal ini digunakan untuk menunjukkan penekanan atas kesan yang dirasakan oleh pembicara. Kalimat yang dilekati shuujoshi bergaris bawah pada data (3), adalah kalimat yang menerangkan keinginan pembicara (modalitas keinginan). Berbeda dengan data (2), shuujoshi na pada kalimat tersebut berfungsi memunculkan keinginan pembicara.
Jika shuujoshi yang bergarisbawah pada data (1), (2) dan (3) dihilangkan, maka terjadi perubahan makna dan modalitas  seperti teramati data (1a), (2a) dan (3a) berikut;
  1a)     Rainen mo issho ni sakura mireru to ii.
‘Akan menyenangkan apabila tahun depan pun kita dapat melihat bunga     sakura bersama-sama.’ <Modalitas harapan>
2a)     Seichuu sakkaa bu sonna tsuyokunai yo.
     ‘Klub sepakbola Nishichuu tidak sekuat itu loh’. <Modalitas kepastian>
   3a)    Yomiowattara hanashitai.
     ‘Jika (kamu) sudah selesai membaca, (aku) ingin membicarakannya.’ <Modalitas keinginan>
Berdasarkan penjelasan tersebut, dipahami bahwa shuujoshi na dan ne berpengaruh terhadap makna dan modalitas. Atas asumsi tersebut, penulis bermaksud meneliti lebih jauh mengenai penggunaan makna shuujoshi na () dan ne () pada kalimat atau kata yang dilekatinya. Penelitian ini menarik karena objek yang ditelitinya adalah shuujoshi yang memiliki arti dan fungsi yang pada dasarnya hampir sama, yaitu sebagai pemberi makna konfirmasi dalam kalimat (Moriyama Shin, 1998: 172).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Hal ini karena data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari sumber data apa adanya tanpa rekayasa.


HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.  Shuujoshi  (終助詞)
Ori2001 : 346menyatakan, Shuujoshi adalah joshi yang menunjukan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap suatu kejadian, yang terutama diletakkan di akhir kalimat seperti ‘wa, yo, yone, ka, wa, zo, sa’ dan lain sebagainya.
3.2.  Modalitas
Menurut Nitta (2009) Modalitas adalah, pemahaman terhadap situasi ekspresi tuturan, berdasarkan waktu ujaran posisi pembicara, mengenai hubungan dengan realitas, dan ungkapan gramatikal yang berkaitan dengan pembagian kondisi tuturan atau perilaku komunikasi pembicara mengenai hal-hal tersebut
3.3.  Jenis-Jenis Modalitas
Berikut adalah jenis-jenis modalitas menurut Masuoka (1992);
3.3.1.      Kakugen (確言)
Modalitas pada saat pembicara memberitahu hal yang diyakininya atau pada saat meminta persetujuan terhadap lawan bicara
3.3.2.      Meirei (命令)
Meirei adalah modalitas pada saat mengharuskan lawan bicara agar melakukan sesuatu. (halaman 118)
3.3.3.      Kinshi to Kyoka  (禁止と許可)
     kinshi (modalitas larangan) dimunculkan dengan “Bentuk dasar verba” + NA. (halaman 120)
Untuk menunjukkan aktivitas yang dapat disetujui oleh lawan bicara, dapat memunculkan modalitas kyoka atau izin.
3.3.4.      Irai(依頼)
     Irai adalah modalitas pada saat meminta orang lain melakukan sesuatu, memiliki nilai menghargai maksud orang lain, dan merupakan ungkapan yang lebih sopan dari meirei. (halaman 121)
3.3.5.       Toui(当為)
     Modalitas yang menjelaskan keharusan, semisal sebuah keadaan yang diinginkan atau penting disebut modalitas “toui”. (halaman 122)
3.3.6.      Ishi, Moushide, Kanyuu(意志、申し出、勧誘)
Ishi adalah modalitas yang memunculkan keinginan terhadap sebuah perbuatan, yang dimunculkan oleh bentuk verba ishi kei + TO OMOU, bentuk verba bentuk dasar + TSUMORI DA. (halaman 124)
3.3.7.      Ganbou (願望)
Modalitas yang mengungkapkan hal yang diinginkan. (halaman 126)
3.3.8.      Gaigen (概言)
     modalitas yang memaparkan informasi yang tidak pasti disebut “gaigen”. (halaman 127)
3.3.9.      Setsumei  (説明)
     Modalitas yang menyatakan sebagai penjelasan keadaan sebuah peristiwa disebut modalitas setsumei. (halaman 131)
3.3.10.  Hikyou (比況)
     Modalitas yang melekati ciri dengan keadaan yang mirip dengan sebuah keadaan lainnya. (halaman 133)
3.4.             Analisis Shuujoshi Na
Shuujoshi na menurut Moriyama (1998 :174) adalah memiliki makna sebagai berikut, (1) Mengungkapkan kesan dan rasa takjub, (2) Mengungkapkan keinginan, (3) Menunjukan keputusan dan meminta secara halus, (3) Meminta persetujuan, mendapatkan jawaban, (5) Melekat pada bentuk kalimat perintah sopan, akan memperhalus perintah.
            Penulis telah menganalisis pemakaian shuujoshi na terkait modalitas dalam komik byousoku go senchimeetoru dengan menggunakan data kalimat percakapan sebagai berikut:
     1)             明里    : ほら、私が借りようと思う本はいつも遠野くんが先に
                           読んでる
            Akari   : Hora, watashi ga kariyou to omou hon wa itsumo Toono kun ga saki                                                     ni yonderu.
                          ‘Lihat! Toono selalu membaca duluan buku yang ingin aku pinjam.’
             遠野    :  面白いよそれ
            Toono   : Omoshiroi yo sore
                           ‘Itu menarik loh, bukunya’.
                          でも一つわからないことがあったから
                           Demo hitotsu wakaranai koto ga atta kara.
                           ‘Tapi ada satu yang tidak aku pahami.’
            明里       : そうなの?
            Akari      : Sou nano?
                          ‘Benarkah?’
             遠野     : 読み終わったら話したい halaman 18
            Toono    : Yomiowattara hanashitai na
                            ‘Aku ingin deh membicarakannya setelah kamu selesai membaca.’
            明里       : うん!
           Akari       :  Un!
                            ‘Baik!’
Pada data (1), pemakaian shuujoshi na melekat pada renyoukei dalam kata hanashitai. Verba bentuk tai tersebut menunjukkan keinginan pembicara. Makna shuujoshi na di sini mengindikasikan emosi atau perasaan pembicara mengenai hal yang ingin dilakukannya terhadap lawan bicara. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi na pada kalimat tersebut melekat pada modalitas keinginan (ganbou).

2)                   遠野  :久しぶりだ
           Toono : Hisashiburi da na.
                        ‘Lama tak jumpa ya.’
                        なんだよ首輪なんてしちゃって。
                        Nandayo kubiwa shichatte.
                        ‘Wah ternyata kamu sudah mengenakan kalung.’
                        明里がお前のこと手紙に書いてたよ。(halaman 59)
                        Akari ga omae no koto tegami ni kaiteta yo.
                        ‘Akari menulis tentang kamu di surat loh!’
Data (2) adalah perkataan Toono kepada seekor kucing yang dulu pernah ia temukan bersama Akari. Shuujoshi na di sini melekat pada kopula da, mengindikasikan makna meminta persetujuan terhadap lawan bicara. Shuujoshi na pada kalimat tersebut melekat pada modalitas kakugen.

3)      遠野:明里のお母さんも心配してるよねきっと。
Toono : Akari no okaasan mo shinpai shiteru yo ne kitto.
            ‘Ibumu juga khawatir kan ya, pastinya.’
 明里:うーん
 Akari : Uun
            ‘Yaa..’
            たぶん大丈夫(halaman 118)
            Tabun daijoubu… kana
            ‘Mungkin tidak apa-apa.’
Pada data (3), shuujoshi na melekat pada joshi ka sehingga membentuk joshi kombinasi kana. Shuujoshi na dalam kana mengekspresikan keraguan pembicara yang bentuknya melekat pada modalitas keraguan (gaigen).
4)       遠野:じゃあ行く(halaman 183)
Toono : Jaa iku na.
            ‘Baiklah, aku pergi ya.’
澄田  :あっ, うん
              おやすみ!
Sumida : A, un
               Oyasumi!
              ‘Ah, baiklah.
              Selamat malam!’

Pada data (4) shuujoshi na melekat pada verba iku yang berarti ‘pergi’ dalam bahasa Indonesia. Shuujoshi na dalam data tersebut mengindikasikan konfirmasi pembicara terhadap lawan bicara dengan maksud pembicara meminta izin pergi kepada lawan bicara. Shuujoshi na pada kalimat tersebut melekat pada modalitas keizinan (kyoka).

5)          男性:つきあってほしいんだけど。
Dansei : Tsukiatte hoshii n dakedo.
               ‘Aku ingin kita jadian.’


明里:ごめなさい。
Akari : … gomenasai.
            ‘… maaf’
男性:あ、そっか
Dansei : A…, sokka
            ‘Ah, begitu ya.’
明里:あ、違うの
Akari : A, chigau no
            ‘Ah, bukan begitu maksudku.’
            あの、返事待ってくれないか… (halaman 233)
            Ano.. henji matte kurenai kana
            ‘Umm.. Maukah kamu menunggu jawabanku?’
Pada data (5) shuujoshi na melekat pada joshi ka membentuk joshi gabungan kana. Shuujoshi ini melekat pada verba sebagai predikat dalam bentuk te kurenai, menunjukkan permohonan halus. Penggunaan shuujoshi na pada kalimat tersebut melekat pada modalitas permohonan (irai).          
3.5.   Analisis Shuujoshi Ne
Moriyama (1998 : 174) berpendapat penggunaan shuujoshi ne dalam kalimat memiliki makna sebagai berikut, (1) Memunculkan kesan bertanya kepada lawan bicara. Seringnya ikut melekat pada [ka], (2) Meminta persetujuan, setuju tidaknya lawan bicara terhadap isi pembicaraan, (3) Meminta secara halus, (4) Memuculkan keinginan, (5) Memunculkan kesan halus pada saat meminta pesetujuan kepada lawan bicara.
Pemakaian shuujoshi ne terkait modalitas dalam komik byousoku go senchimeetoru teramati dalam data kalimat percakapan sebagai berikut:
6)        先生 :篠原明里さん.
                    皆わからないことがあったら教えてあげて仲良くして (halaman 6)
Sensei : Shinohara Akari san.
            Minna wakaranai koto ga attara oshiete agete nakayoku shite ne.
            ‘Ini adalah Shinohara Akari.
            Mohon bantu dan bertemanlah dengannya ya!’
Pada data (6), shuujoshi ne melekat pada renyoukei dalam verba nakayoku shite. Verba bentuk te seperti ini mengindikasikan permohonan halus lawan bicara terhadap lawan bicara agar melakukan sesuatu. Shuujoshi ne pada kalimat tersebut melekat pada modalitas permohonan (irai).
7)        明里:やだよね東京。
Akari : Yada yo ne Toukyou.
            ‘Tokyo itu menyebalkan ya.’
            歩いてだけで緊張する。
            Aruite dake de kinchou suru
            ‘Hanya dengan berjalan saja bisa membuatku grogi.’
遠野 緊張かあ
Toono : Kinchou kaa
            ‘Grogi?’
明里    :うん、しない?
Akari : Un, shinai?
            ‘Ya, apa kamu tidak?’
遠野:わかる気がする。
Toono : Wakaru ki ga suru.
            ‘Aku paham.’
明里:でも図書室はいい(halaman 9)
            Demo toshoshitsu wa ii ne.
            ‘Tapi perpustakaannya bagus ya?’
Pada data (7) shuujoshi ne melekat pada adjektiva ii, mengindikasikan konfirmasi pembicara terhadap lawan bicara yaitu pembicara beranggapan bahwa perpustakaan di Tokyo itu bagus dan berasumsi bahwa lawan bicara pun memiliki pandangan yang sama dengan pembicara. Penggunaan shuujoshi ne pada kalimat tersebut melekat pada modalitas kakugen.
8)       遠野    : ちょっと待てよっ
Toono : Chotto mate yo
              ‘Tunggu sebentar!’
            明里!
              Akari!
              ‘Akari!’

 明里   : 遠野くん 来年も一緒に桜を見れるといい(halaman 40)
Akari   : Toono kun rainen mo issho ni sakura o mireru to ii ne
              ‘Toono, tahun depan pun akan menyenangkan ya apabila kita bisa      
     melihat bunga sakura bersama-sama.’
Pada data (8), shuujoshi ne melekat pada pola kalimat to ii, mengindikasikan harapan pembicara terhadap lawan bicara. Penggunaan shuujoshi ne pada kalimat tersebut melekat pada modalitas harapan (ganbou).

9)        明里: この前髪を切りました。
Akari :  Konomae kami o kirimashita
            ‘Tempo hari aku memotong rambut.’
            耳が出るぐらい短くしちゃったから
            もし会っても私ってわからないかもしれないHal 58
            Mimi ga deru gurai mijikaku shichatta kara
            moshi atte mo watashi tte wakaranai kamoshirenai ne.
            ‘Mungkin kamu tidak akan mengenaliku meski kita bertemu karena aku memendekannya                    sampai telingaku terlihat.’
Pada data (9), shuujoshi ne melekat pada kata kamoshirenai, mengindikasikan kemungkinan atau keraguan pembicara terhadap tuturannya. Pada kalimat tersebut mengindikasikan pernyataan halus terhadap lawan bicara. Penggunaan shuujoshi ne pada kalimat tersebut melekat pada modalitas kemungkinan atau keraguan (gaigen).
3.6.   Analisis Substitusi Shuujoshi Na dengan Ne
Berikut ini adalah analisis substitusi shuujoshi na dengan ne untuk membuktikan bahwa perubahan bentuk dapat menimbulkan perubahan makna.
10)   読み終わったら話したい
Yomiowattara hanashitai na.
‘Kalau kamu sudah selesai membaca, aku ingin deh membicarakannya.’

11)   読み終わったら話したい
*Yomiowattara hanashitai ne.
‘*Kalau kamu sudah selesai membaca, aku ingin membicarakannya, kan?’

12)   久しぶりだ
Hisashiburi da na.
‘Lama tak jumpa ya.’
13)   久しぶりだ
Hisashiburi da ne.
‘Lama tak jumpa ya.’
Data (11) bertanda tidak berterima ‘*’ karena konteks kalimatnya tidak sesuai jika disubstitusi dengan shuujoshi ne, yaitu menjadi kalimat yang menunjukkan keinginan pembicara tidak memerlukan persetujuan orang lain.
Penggunaan shuujoshi na dalam kalimat (10) menunjukkan keinginan kuat pembicara untuk melakukan sebuah aksi. Karena itu, substitusi shuujoshi na tidak dapat disubstitusi dengan ne. Pada kalimat (12) substitusi shuujoshi na dapat disubstitusi dengan ne sehingga menghasilkan data kalimat (13) tanpa menyebabkan perubahan makna pada modalitas kalimat tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa substitusi shuujoshi na dengan ne tidak mengubah modalitas kalimat.

3.7.   Analisis Shuujoshi Na dan Ne Terkait Posisi dan Struktur Dalam Kalimat

14)   大変だった/          今日
   Taihen datta ne/          kyou
   ‘Repot ya/                   hari ini’
    Predikat        -            Keterangan
Pada data (14), teramati shuujoshi ne yang menempati posisi di tengah kalimat. Shuujoshi ne tersebut melekat pada taihen datta yang merupakan predikat, sedangkan kyou adalah sebagai keterangan. Apabila dilakukan permutasi dengan menempatkan shuujoshi ne di akhir kalimat, maka akan teramati seperti pada data (15).

15)   今日大変だった
Kyou/ taihen datta ne.
‘Hari ini/ repot ya.’
Keterangan  -  Predikat
Secara makna, permutasi shuujoshi ne dengan menempatkannya ke akhir kalimat tidak mengubah makna kalimat tersebut. Namun dilihat dari struktur kalimatnya, terjadi perubahan. Data (14) adalah kalimat yang berstruktur Predikat – Keterangan. Adapun data (15) adalah kalimat yang berstruktur Keterangan - Predikat.

16)   やだよね      東京
    Yada yo ne          / Tokyo
    ‘Menyebalkan ya/ (di) Tokyo.’
    Predikat     -          Keterangan
   Pada data (16), teramati shuujoshi ne yang menempati posisi di tengah kalimat. Shuujoshi ne tersebut melekat pada yada yo yang merupakan predikat, sedangkan toukyou adalah sebagai keterangan. Apabila dilakukan permutasi dengan menempatkan shuujoshi ne di akhir kalimat, maka akan teramati seperti pada data (17).

17)   東京やだよ
    Toukyou/ yada yo ne.
    ‘(Di) Tokyo/ menyebalkan ya.’
    Keterangan – Predikat
   Secara makna, permutasi shuujoshi ne dengan menempatkannya ke akhir kalimat tidak mengubah makna kalimat tersebut. Namun dilihat dari struktur kalimatnya, terjadi perubahan. Data (16) adalah kalimat yang berstruktur Predikat - Keterangan. Adapun data (17) adalah kalimat yang berstruktur Keterangan - Predikat.

18)  ついてないなー/         今日        (halaman 211)
  Tsuite nai naa/             kyou    
  ‘Bukan hariku nih/   hari ini’
  Predikat          -          Keterangan
Pada data (18), teramati shuujoshi naa yang menempati posisi di tengah kalimat. Shuujoshi naa tersebut melekat pada tsuite inai yang merupakan predikat, sedangkan kyou adalah sebagai keterangan. Apabila dilakukan permutasi dengan menempatkan shuujoshi naa di akhir kalimat, maka akan teramati seperti pada data (19).

19)  今日/     ついてないなー
  Kyou/       tsuite nai naa.
  Hari ini/    bukan hariku nih 
  Keterangan –   Predikat
   Secara makna, permutasi shuujoshi naa dengan menempatkannya ke akhir kalimat tidak mengubah makna kalimat tersebut. Namun dilihat dari struktur kalimatnya, terjadi perubahan. Data (18) adalah kalimat yang berstruktur Predikat – Keterangan. Adapun data (19) adalah kalimat yang berstruktur Keterangan – Predikat.

3.8.       Analisis Bunyi Panjang Shuujoshi Na dan Ne
Menurut Kawashima (1999: 105), “Na ” and “naa なあ” are used in almost the same way, but “naa なあ” has an even more emotional tone.“Na ” dan “naa なあ digunakan dalam cara yang sama, namun “naa なあ” memiliki nada yang lebih emosional.
        Begitu juga dengan ne, Kawashima (1999: 116) menyatakan, “Ne ” and “nee ねえ” are used in almost the same way, but “nee ねえ” implies even more emotional tone. “Ne ” dan “nee ねえ digunakan dalam cara yang sama, namun “nee ねえmenyatakan nada yang lebih emosional.

20)  遠野:親が西中がいいんじゃないかって
Toono : Oya ga nishichuu ga ii n janai ka tte
            ‘Orangtuaku bilang, katanya SMP Nishichuu itu bagus.’
明里:西中かぁ
Akari : Nishichuu kaa
            ‘Nishichuu ya..’
            私どうしよう
            Watashi dou shiyou
            ‘Duh, kalau aku bagaimana ya..’
            一緒がいいけど算数苦手だしなあ (halaman 35)
            Issho ga ii kedo sansuu nigate dashi naa        
            ‘Bagus sih kalau kita sekolah di SMP yang sama, tapi aku tidak                   pandai dalam aritmatika..’

            Pemakaian shuujoshi naa pada data (20) mengindikasikan pernyataan tegas yang disampaikan secara tegas terhadap sesuatu yang dianggap pasti oleh pembicara terhadap lawan bicara. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi naa pada kalimat tersebut melekat pada modalitas kakugen. Shuujoshi naa tersebut adalah shuujoshi na yang mengalami bunyi panjang. Apabila bunyi panjang shuujoshi naa dihilangkan maka akan menjadi kalimat seperti teramati pada data berikut;

21)  一緒がいいけど算数苦手だし
Issho ga ii kedo sansuu nigate dashi na.
‘Bagus sih kalau kita sekolah di SMP yang sama, tapi aku tidak pandai dalam aritmatika..’
            Sama halnya dengan data (20), shuujoshi na pada data (21) pun menunjukkan pernyataan tegas yang disampaikan pembicara terhadap lawan bicara. Penambahan bunyi panjang shuujoshi na mengindikasikan tuturan yang lebih bersifat emosional namun tidak mengubah makna dan modalitas kalimat tersebut.

22)   先輩   : 1年ダッシュ5本
Senpai :  Ichinen~  dasshu gohon
‘Senior : Tingkat satu! Lari cepat 5 garis!’
後輩    : はい!
Kouhai :Hai!
‘Junior: Ya!’
先輩    : 終わった奴から準備しろよー
Senpai :Owatta yatsu kara junbi shiro yo
‘Senior : Bersiap dari orang yang selesai pertama!’
後輩: はい!
Kouhai : Hai!
‘Junior: Ya!’
後輩    :きつい
Kouhai :  Kitsui
‘Junior : (latihan yang) keras’
後輩    :はーもー
    聞いてねーよ
          西中サッカー部そんな強くないよなぁ?(halaman 53Kouhai : Hamo
              Kiite ne yo
              Nishichuu sakkaa bu sonna tsuyokunai yo naa?
‘Junior :   Fiuuh…
              Dengar, klub sepakbola Nishichuu tidak sekuat itu kan ya?’
           
            Pemakaian shuujoshi na pada data (22) mengindikasikan persetujuan pembicara terhadap lawan bicara. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi naa pada kalimat tersebut melekat pada modalitas kakugen. Shuujoshi naa tersebut adalah shuujoshi na yang mengalami bunyi panjang. Apabila bunyi panjang shuujoshi naa dihilangkan maka akan menjadi kalimat seperti teramati pada data berikut;

23)  西中サッカー部そんな強くないよ
Nishichuu sakka bu sonna tsuyokunai yo na?
‘Klub sepakbola Nishichuu itu tidak sekuat itu kan ya?’

            Sama halnya dengan data (22), shuujoshi na pada data (23) pun menunjukkan pernyataan tegas yang disampaikan pembicara terhadap lawan bicara. Penambahan bunyi panjang shuujoshi na mengindikasikan tuturan yang lebih bersifat emosional namun tidak mengubah makna dan modalitas kalimat tersebut.

24)  明里:遠野くん!
            すごい降ってきたよ
Akari : Toono kun!
            Sugoi futte kita yo
            ‘Toono!
            (Saljunya) banyak yang turun loh!’
遠野:本当だ。
Toono : Hontou da
             ‘Kau benar’.
            明日積もるかもしれないね。
            Ashita tsumoru kamoshirenai ne
            ‘Mungkin besok saljunya akan menumpuk.’
            雪結晶の観察してみたいなぁ (halaman 71)
            Yuki kesshou no kansatsu shite mitai naa
            ‘Aku ingiiin deh mencoba meneliti kristalisasi salju.’
            Pemakaian shuujoshi naa pada data (24) mengindikasikan nada emosional pembicara terhadap hal yang dibicarakannya. Shuujoshi naa tersebut melekat pada verba bentuk tai yang mengungkapkan keinginan. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi naa pada kalimat tersebut melekat pada modalitas ganbou. Shuujoshi naa tersebut adalah shuujoshi na yang mengalami bunyi panjang. Apabila bunyi panjang shuujoshi naa dihilangkan maka akan menjadi kalimat seperti teramati pada data berikut;

25)  雪結晶の観察してみたい
Yuki kesshou no kansatsu shite mitai na
‘Aku ingin deh meneliti kristalisasi salju.’

            Sama halnya dengan data (24), shuujoshi na pada data (25) pun menunjukkan keinginan pembicara. Penambahan bunyi panjang shuujoshi na mengindikasikan tuturan yang lebih bersifat emosional namun tidak mengubah makna dan modalitas kalimat tersebut.

26)   遠野:でも猫がいる所って一番涼しいんだって
Toono : Dsemo neko ga iru tokoro tte ichiban suzushii n da tte
             ‘Tapi tempat yang ada kucingnya itu katanya tempat yang paling                   sejuk’
明里:ふうん
            わかるんだねー(halaman 29)
Akari: Fuun
           Wakarunda nee
            ‘Yaa..
            Kamu paham kaan?

            Pemakaian shuujoshi nee pada data (26) mengindikasikan nada emosional pembicara terhadap hal yang dibicarakannya. Shuujoshi nee dalam konteks data (26) mengungkapkan persetujuan pembicara kepada lawan bicara. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi nee pada kalimat tersebut melekat pada modalitas kakugen. Shuujoshi naa tersebut adalah shuujoshi ne yang mengalami bunyi panjang. Apabila bunyi panjang shuujoshi nee dihilangkan maka akan menjadi kalimat seperti teramati pada data berikut:

27)  わかるんだ
Wakarunda ne
‘Kamu paham kan?’

            Sama halnya dengan data (26), shuujoshi ne pada data (27) pun menunjukkan permintaan persetujuan pembicara kepada lawan bicara. Penambahan bunyi panjang shuujoshi ne mengindikasikan tuturan yang lebih bersifat emosional namun tidak mengubah makna dan modalitas kalimat tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis pada bab tiga, penulis dapat menarik kesimpulan mengenai penggunaan shuujoshi na 「な」dan ne「ね」dalam komik byousoku go senchimeetoru.
aa.  Pada komik byousoku go senchimeetoru, shuujoshi na melekat pada modalitas ganbou (keinginan) seperti terlihat pada data (1), kakugen (meminta persetujuan terhadap lawan bicara) seperti terlihat pada data (2), gaigen (keraguan) seperti terlihat pada data (3), kyoka (keizinan) seperti terlihat pada data (4) dan irai (permohonan) seperti terlihat pada data (5) dan shuujoshi ne melekat pada modalitas irai (permohonan) seperti terlihat pada data (6), kakugen (meminta persetujuan terhadap lawan bicara) seperti terlihat pada data (7), ganbou (keinginan) seperti terlihat pada data (8), dan gaigen (keraguan) seperti terlihat pada data (9).
ab. Substitusi shuujoshi na dan ne dapat dilakukan tanpa mengubah modalitas kalimat seperti terlihat pada data (12) dan (13).
cc. Penempatan posisi shuujoshi na dan ne selain di akhir kalimat memengaruhi  struktur kalimat tersebut, namun tidak mengubah makna seperti terlihat pada data (14), (15), (16), (17), (18) dan (19).
dd.    Penggunaan bunyi panjang pada shuujoshi na dan ne hanya mengubah nuansa nada emosi pembicara menjadi lebih kuat namun tidak mengubah makna kalimat dan modalitasnya seperti terlihat pada data (20), (21), (22), (23), (24), (25), (26) dan (27).

DAFTAR PUSTAKA


Chino, Naoko. 1991. All About Particles A Handbook of Japanese Function Words. Tokyo: Kodansha International.
Isao, Iori dkk. 2001. Chuujoukyuu o Oshieru Hito Tame no Nihongo Bunpou Handobbukku. Tokyo: 3A Corporation
Junichi,  Sakuma. 2004. Nihongo Gengogaku Nyuumon: Korekara Hajimeru Hito no Tame no Nyuugakusha. Tokyo: Kenkyusha
Kawashima, Sue A. 1999. A Dictionary of Japanese Particles. Tokyo: Kodansha International.
Masuoka, Takashi. 1992. Kiso Nihongo Bunpou. Tokyo: Kuroshio Shuppan
Tersedia di: http://www7b.biglobe.ne.jp/~linguistics/no4/syntax.html [Diakses: 28 Desember 2014]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar