ANALISIS PEMAKAIAN SHUUJOSHI “NA” DAN “NE” TERKAIT MODALITAS
PADA KOMIK “BYOUSOKU GO SENCHIMEETORU” (SHINKAI MAKOTO : 2010)
Dita Gina Hadianti
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat – Indonesia
ABSTRAK
Shuujoshi memberi keterangan dalam kalimat terhadap inti hal yang
dibicarakan oleh pembicara. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap makna dan
modalitas. Sujoshi na dan
ne memiliki makna yang hampir sama yaitu sebagai pemberi makna konfirmasi dalam
kalimat. Penelitian ini memberikan penjelasan lebih jauh mengenai penggunaan
makna shuujoshi na (な) dan ne (ね) pada kalimat atau kata yang
dilekatinya. Dari hasil analisis data
diketahui bahwa: (1) pada komik byousoku go senchimeetoru, shuujoshi na melekat pada modalitas ganbou,
kakugen, gaigen, kyoka, dan irai dan shuujoshi ne melekat pada modalitas irai, kakugen, ganbou, dan gaigen; (2) Substitusi shuujoshi na dan ne dapat dilakukan tanpa mengubah
modalitas; (3) Penempatan posisi shuujoshi
na dan ne selain di akhir kalimat memengaruhi struktur kalimat tersebut,
namun tidak mengubah makna; (4) Penggunaan bunyi panjang pada shuujoshi na dan ne hanya mengubah
nuansa nada emosi pembicara menjadi lebih kuat namun tidak mengubah makna
kalimat dan modalitasnya
PENDAHULUAN
Dalam kalimat bahasa Jepang, sering
dijumpai penggunaan shuujoshi
seperti ka, wa, yo, na, ne dan lain sebagainya. Shuujoshi menunjukkan berbagai makna seperti yang bermakna
menunjukkan ketegasan(さ), menunjukkan pertanyaan(か、かい、かな、かしら), menunjukkan konfirmasi atau persetujuan(ね、な), menunjukkan notifikasi(よ、ぞ、ぜ), menyatakan kekaguman(なあ、わ), menyatakan konfirmasi ingatan (っけ), menyatakan larangan (な) dan lain sebagainya (Masuoka Takashi, 1992: 52). Shuujoshi memberi keterangan dalam
kalimat terhadap inti hal yang dibicarakan oleh pembicara. Hal tersebut berkaitan dengan
modalitas. Menurut Chaer
(1994: 162), modalitas
adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal
yang dibicarakan, yakni mengenai perbuatan, keadaan, peristiwa, atau sikap
terhadap lawan bicaranya. Sikap ini dapat berupa pernyataan, kemungkinan,
kinginan, atau keizinan.
Dalam penggunaannya, terdapat shuujoshi yang memiliki makna mirip,
misalnya shuujoshi naa, na dan ne pada
data berikut;
1)
Toono kun rainen mo issho ni sakura
o mireru to ii ne.
‘Toono,
akan menyenangkan bila tahun depan juga kita bisa melihat sakura bersama-sama ya?’ (Shinkai Makoto, 2010: 40)
2)
Nishichuu sakkaa bu sonna tsuyokunai
yo naa?
klub
sepakbola Nishichuu tidak sekuat itu kan ya?’ (Shinkai Makoto, 2010: 53)
3)
Yomiowattara hanashitai na
‘Aku
ingin deh membicarakannya setelah kamu selesai membaca.’ (Shinkai Makoto, 2010:
18)
Kalimat
yang dilekati shuujoshi bergaris bawah
pada data (1) dan (2) adalah kalimat yang sama-sama meminta persetujuan kepada
lawan bicara (modalitas permintaan). Pada data (1), ihwal persetujuan ditandai
dengan shuujoshi ne, sedangkan pada
data (2) ditandai dengan shuujoshi naa.
Pada data (2), shuujoshi na mengalami
bunyi panjang. Ihwal
penggunaan bunyi panjang dalam shuujoshi
na dan ne, menurut Kawashima
(1999 : 105) adalah ketika pembicara berbicara dengan perasaan yang lebih dalam
daripada biasanya. Hal ini digunakan untuk menunjukkan penekanan atas kesan
yang dirasakan oleh pembicara. Kalimat yang dilekati shuujoshi bergaris bawah pada data (3), adalah kalimat yang
menerangkan keinginan pembicara (modalitas keinginan). Berbeda dengan data (2),
shuujoshi na pada kalimat tersebut
berfungsi memunculkan keinginan pembicara.
Jika shuujoshi yang bergarisbawah pada data
(1), (2) dan (3) dihilangkan, maka terjadi perubahan makna dan modalitas seperti teramati data (1a), (2a) dan (3a)
berikut;
1a) Rainen mo issho ni sakura mireru to ii.
‘Akan
menyenangkan apabila tahun depan pun kita dapat melihat bunga sakura bersama-sama.’ <Modalitas
harapan>
2a) Seichuu sakkaa bu sonna tsuyokunai
yo.
‘Klub
sepakbola Nishichuu tidak sekuat itu loh’. <Modalitas kepastian>
3a) Yomiowattara
hanashitai.
‘Jika (kamu) sudah
selesai membaca, (aku) ingin membicarakannya.’ <Modalitas keinginan>
Berdasarkan penjelasan tersebut, dipahami bahwa
shuujoshi na dan ne berpengaruh terhadap makna dan modalitas. Atas asumsi tersebut,
penulis bermaksud meneliti lebih jauh mengenai penggunaan makna shuujoshi na (な) dan ne (ね) pada kalimat atau kata yang
dilekatinya. Penelitian ini menarik karena objek yang ditelitinya adalah shuujoshi yang memiliki arti dan fungsi
yang pada dasarnya hampir sama, yaitu sebagai pemberi makna konfirmasi dalam
kalimat (Moriyama Shin, 1998: 172).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif. Hal ini karena data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari sumber data apa adanya tanpa
rekayasa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Shuujoshi (終助詞)
Ori(2001
: 346)menyatakan, Shuujoshi adalah joshi yang menunjukan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau
terhadap suatu kejadian, yang terutama diletakkan di akhir kalimat seperti ‘wa,
yo, yone, ka, wa, zo, sa’ dan lain sebagainya.
3.2. Modalitas
Menurut
Nitta (2009) Modalitas
adalah, pemahaman terhadap situasi ekspresi tuturan, berdasarkan waktu ujaran
posisi pembicara, mengenai hubungan dengan realitas, dan ungkapan
gramatikal yang berkaitan dengan pembagian kondisi tuturan atau perilaku
komunikasi pembicara mengenai hal-hal tersebut
3.3.
Jenis-Jenis Modalitas
Berikut adalah jenis-jenis
modalitas menurut Masuoka (1992);
3.3.1. Kakugen
(確言)
Modalitas pada saat pembicara memberitahu hal yang
diyakininya atau pada saat meminta persetujuan terhadap lawan bicara
3.3.2. Meirei
(命令)
Meirei adalah
modalitas pada saat mengharuskan lawan bicara agar melakukan sesuatu. (halaman
118)
3.3.3. Kinshi
to Kyoka (禁止と許可)
kinshi (modalitas larangan) dimunculkan
dengan “Bentuk dasar verba” + NA. (halaman 120)
Untuk
menunjukkan aktivitas yang dapat disetujui oleh lawan bicara, dapat memunculkan
modalitas kyoka atau izin.
3.3.4. Irai(依頼)
Irai adalah modalitas
pada saat meminta orang lain melakukan sesuatu, memiliki nilai menghargai
maksud orang lain, dan merupakan ungkapan yang lebih sopan dari meirei. (halaman 121)
3.3.5. Toui(当為)
Modalitas yang menjelaskan keharusan, semisal sebuah keadaan
yang diinginkan atau penting disebut modalitas “toui”. (halaman 122)
3.3.6. Ishi,
Moushide, Kanyuu(意志、申し出、勧誘)
Ishi adalah modalitas
yang memunculkan keinginan terhadap sebuah perbuatan, yang dimunculkan oleh
bentuk verba ishi kei + TO OMOU,
bentuk verba bentuk dasar + TSUMORI DA. (halaman 124)
3.3.7. Ganbou
(願望)
Modalitas yang
mengungkapkan hal yang diinginkan. (halaman 126)
3.3.8. Gaigen
(概言)
modalitas yang memaparkan informasi yang tidak pasti disebut
“gaigen”. (halaman 127)
3.3.9. Setsumei (説明)
Modalitas yang menyatakan sebagai penjelasan keadaan sebuah
peristiwa disebut modalitas setsumei.
(halaman 131)
3.3.10. Hikyou
(比況)
Modalitas yang melekati ciri dengan keadaan
yang mirip dengan sebuah keadaan lainnya. (halaman 133)
3.4.
Analisis Shuujoshi
Na
Shuujoshi na menurut Moriyama
(1998 :174) adalah memiliki makna sebagai berikut, (1) Mengungkapkan kesan dan
rasa takjub, (2) Mengungkapkan keinginan, (3) Menunjukan keputusan dan meminta
secara halus, (3) Meminta persetujuan, mendapatkan jawaban, (5) Melekat pada
bentuk kalimat perintah sopan, akan memperhalus perintah.
Penulis telah menganalisis pemakaian shuujoshi na terkait modalitas dalam komik byousoku go senchimeetoru dengan menggunakan data kalimat
percakapan sebagai berikut:
1) 明里 : ほら、私が借りようと思う本はいつも遠野くんが先に
読んでる
Akari : Hora, watashi ga kariyou to
omou hon wa itsumo Toono kun ga saki ni yonderu.
‘Lihat! Toono selalu
membaca duluan buku yang ingin aku pinjam.’
遠野 : 面白いよそれ
Toono : Omoshiroi
yo sore
‘Itu menarik loh, bukunya’.
でも一つわからないことがあったから
Demo
hitotsu wakaranai koto ga atta kara.
‘Tapi ada satu yang tidak aku pahami.’
明里 : そうなの?
Akari
: Sou nano?
‘Benarkah?’
遠野 : 読み終わったら話したいな (halaman 18)
Toono :
Yomiowattara hanashitai na
‘Aku ingin deh membicarakannya setelah kamu selesai membaca.’
明里 : うん!
Akari : Un!
‘Baik!’
Pada
data (1), pemakaian shuujoshi na
melekat pada renyoukei dalam kata hanashitai. Verba bentuk tai tersebut menunjukkan keinginan
pembicara. Makna shuujoshi na di sini
mengindikasikan emosi atau perasaan pembicara mengenai hal yang ingin
dilakukannya terhadap lawan bicara. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi na pada kalimat tersebut melekat
pada modalitas keinginan (ganbou).
2) 遠野 :久しぶりだな。
Toono
: Hisashiburi da na.
‘Lama tak jumpa ya.’
なんだよ首輪なんてしちゃって。
Nandayo kubiwa shichatte.
‘Wah ternyata kamu sudah mengenakan kalung.’
明里がお前のこと手紙に書いてたよ。(halaman 59)
Akari ga omae no koto tegami ni
kaiteta yo.
‘Akari menulis tentang kamu di surat loh!’
Data
(2) adalah perkataan Toono kepada seekor kucing yang dulu pernah ia temukan
bersama Akari. Shuujoshi na di sini melekat
pada kopula da, mengindikasikan makna
meminta persetujuan terhadap lawan bicara. Shuujoshi
na pada kalimat tersebut melekat pada
modalitas kakugen.
3) 遠野:明里のお母さんも心配してるよねきっと。
Toono
: Akari no okaasan mo shinpai shiteru yo ne kitto.
‘Ibumu juga khawatir kan ya, pastinya.’
明里:うーん
Akari : Uun
‘Yaa..’
たぶん大丈夫… かな。(halaman 118)
Tabun daijoubu… kana
‘Mungkin tidak
apa-apa.’
Pada
data (3), shuujoshi na melekat pada joshi ka sehingga membentuk joshi kombinasi kana. Shuujoshi na dalam kana mengekspresikan keraguan pembicara yang
bentuknya melekat pada modalitas keraguan (gaigen).
4) 遠野:じゃあ行くな。(halaman 183)
4) 遠野:じゃあ行くな。(halaman 183)
Toono
: Jaa iku na.
‘Baiklah, aku pergi ya.’
澄田 :あっ, うん
おやすみ!
Sumida
: A, un
Oyasumi!
‘Ah, baiklah.
Selamat malam!’
Pada
data (4) shuujoshi na melekat pada
verba iku yang berarti ‘pergi’ dalam
bahasa Indonesia. Shuujoshi na dalam
data tersebut mengindikasikan konfirmasi pembicara terhadap lawan bicara dengan
maksud pembicara meminta izin pergi kepada lawan bicara. Shuujoshi na pada kalimat tersebut melekat pada modalitas keizinan
(kyoka).
5) 男性:つきあってほしいんだけど。
5) 男性:つきあってほしいんだけど。
Dansei : Tsukiatte hoshii n dakedo.
‘Aku ingin kita jadian.’
明里:…ごめなさい。
Akari : … gomenasai.
‘… maaf’
男性:あ…、そっか
Dansei
: A…, sokka
‘Ah, begitu ya.’
明里:あ、違うの
Akari
: A, chigau no
‘Ah, bukan begitu maksudku.’
あの…、返事待ってくれないかな… (halaman 233)
Ano..
henji matte kurenai kana
‘Umm.. Maukah kamu menunggu jawabanku?’
Pada
data (5) shuujoshi na melekat pada joshi ka membentuk joshi gabungan kana. Shuujoshi ini melekat pada verba sebagai predikat dalam bentuk te kurenai,
menunjukkan permohonan halus. Penggunaan shuujoshi
na pada kalimat tersebut melekat pada modalitas permohonan (irai).
3.5. Analisis Shuujoshi Ne
Moriyama (1998 : 174) berpendapat penggunaan shuujoshi ne dalam kalimat memiliki makna sebagai berikut, (1)
Memunculkan kesan bertanya kepada lawan bicara. Seringnya ikut melekat pada
[ka], (2) Meminta persetujuan, setuju tidaknya lawan bicara terhadap isi
pembicaraan, (3) Meminta secara halus, (4) Memuculkan keinginan, (5)
Memunculkan kesan halus pada saat meminta pesetujuan kepada lawan bicara.
Pemakaian
shuujoshi ne terkait modalitas dalam
komik byousoku go senchimeetoru teramati
dalam data kalimat percakapan sebagai berikut:
6) 先生 :篠原明里さん.
6) 先生 :篠原明里さん.
皆わからないことがあったら教えてあげて仲良くしてね。 (halaman 6)
Sensei
: Shinohara Akari san.
Minna wakaranai koto ga attara
oshiete agete nakayoku shite ne.
‘Ini adalah
Shinohara Akari.
Mohon bantu dan
bertemanlah dengannya ya!’
Pada
data (6), shuujoshi ne melekat pada renyoukei dalam verba nakayoku shite. Verba bentuk te seperti ini mengindikasikan
permohonan halus lawan bicara terhadap lawan bicara agar melakukan sesuatu. Shuujoshi ne pada kalimat tersebut
melekat pada modalitas permohonan (irai).
7) 明里:やだよね東京。
Akari : Yada yo ne Toukyou.
‘Tokyo itu
menyebalkan ya.’
歩いてだけで緊張する。
Aruite dake de kinchou suru
‘Hanya dengan
berjalan saja bisa membuatku grogi.’
遠野 : 緊張かあ
Toono : Kinchou kaa
‘Grogi?’
明里 :うん、しない?
Akari : Un, shinai?
‘Ya, apa kamu
tidak?’
遠野:わかる気がする。
Toono : Wakaru ki ga suru.
‘Aku paham.’
明里:でも図書室はいいね。(halaman 9)
Demo toshoshitsu wa ii ne.
‘Tapi
perpustakaannya bagus ya?’
Pada
data (7) shuujoshi ne melekat pada adjektiva
ii, mengindikasikan konfirmasi pembicara
terhadap lawan bicara yaitu pembicara beranggapan bahwa perpustakaan di Tokyo
itu bagus dan berasumsi bahwa lawan bicara pun memiliki pandangan yang sama
dengan pembicara. Penggunaan shuujoshi ne
pada kalimat tersebut melekat pada modalitas kakugen.
8) 遠野 : ちょっと待てよっ
Toono : Chotto mate yo
‘Tunggu sebentar!’
明里!
Akari!
‘Akari!’
明里 : 遠野くん 来年も一緒に桜を見れるといいね。(halaman 40)
Akari
: Toono kun rainen mo issho ni sakura o
mireru to ii ne
‘Toono, tahun
depan pun akan menyenangkan ya apabila kita bisa
melihat bunga sakura
bersama-sama.’
Pada
data (8), shuujoshi ne melekat pada
pola kalimat to ii, mengindikasikan harapan pembicara terhadap lawan bicara. Penggunaan
shuujoshi ne pada kalimat tersebut
melekat pada modalitas harapan (ganbou).
9) 明里: この前髪を切りました。
Akari : Konomae kami o kirimashita
‘Tempo hari aku
memotong rambut.’
耳が出るぐらい短くしちゃったから
もし会っても私ってわからないかもしれないね。Hal 58
Mimi ga deru gurai mijikaku shichatta kara
moshi atte mo watashi tte wakaranai
kamoshirenai ne.
‘Mungkin kamu
tidak akan mengenaliku meski kita bertemu karena aku memendekannya sampai telingaku terlihat.’
Pada
data (9), shuujoshi ne melekat pada
kata kamoshirenai, mengindikasikan kemungkinan
atau keraguan pembicara terhadap tuturannya. Pada kalimat tersebut
mengindikasikan pernyataan halus terhadap lawan bicara. Penggunaan shuujoshi ne pada kalimat tersebut
melekat pada modalitas kemungkinan atau keraguan (gaigen).
3.6. Analisis Substitusi Shuujoshi Na dengan Ne
Berikut
ini adalah analisis substitusi shuujoshi na
dengan ne untuk membuktikan bahwa
perubahan bentuk dapat menimbulkan perubahan makna.
10)
読み終わったら話したいな。
Yomiowattara
hanashitai na.
‘Kalau kamu sudah selesai membaca, aku ingin deh membicarakannya.’
11)
読み終わったら話したいね。
*Yomiowattara
hanashitai ne.
‘*Kalau kamu sudah selesai membaca, aku ingin membicarakannya, kan?’
12)
久しぶりだな。
Hisashiburi
da na.
‘Lama tak jumpa ya.’
13)
久しぶりだね。
Hisashiburi
da ne.
‘Lama tak jumpa ya.’
Data (11) bertanda tidak berterima ‘*’ karena konteks kalimatnya
tidak sesuai jika disubstitusi dengan shuujoshi
ne, yaitu menjadi kalimat yang
menunjukkan keinginan pembicara tidak memerlukan persetujuan orang lain.
Penggunaan shuujoshi na dalam kalimat (10) menunjukkan
keinginan kuat pembicara untuk melakukan sebuah aksi. Karena itu, substitusi shuujoshi na tidak dapat disubstitusi dengan ne. Pada kalimat (12) substitusi
shuujoshi na dapat disubstitusi dengan ne
sehingga menghasilkan data kalimat (13) tanpa menyebabkan perubahan makna pada
modalitas kalimat tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa substitusi shuujoshi na dengan ne tidak mengubah modalitas kalimat.
3.7. Analisis Shuujoshi Na dan Ne Terkait Posisi dan
Struktur Dalam Kalimat
14)
大変だったね/ 今日
Taihen
datta ne/ kyou
‘Repot ya/ hari ini’
Predikat - Keterangan
Pada data (14), teramati shuujoshi ne yang menempati posisi di
tengah kalimat. Shuujoshi ne tersebut
melekat pada taihen datta yang
merupakan predikat, sedangkan kyou
adalah sebagai keterangan. Apabila
dilakukan permutasi dengan menempatkan shuujoshi
ne di akhir kalimat, maka akan teramati seperti pada data (15).
15)
今日/ 大変だったね。
Kyou/
taihen datta ne.
‘Hari ini/ repot ya.’
Keterangan - Predikat
Secara makna, permutasi shuujoshi ne dengan menempatkannya ke
akhir kalimat tidak mengubah makna kalimat tersebut. Namun dilihat dari struktur
kalimatnya, terjadi perubahan. Data (14) adalah kalimat yang berstruktur
Predikat – Keterangan. Adapun data (15) adalah kalimat yang berstruktur Keterangan
- Predikat.
16)
やだよね / 東京
Yada
yo ne / Tokyo
‘Menyebalkan ya/ (di) Tokyo.’
Predikat - Keterangan
Pada
data (16), teramati shuujoshi ne yang
menempati posisi di tengah kalimat. Shuujoshi
ne tersebut melekat pada yada yo yang
merupakan predikat, sedangkan toukyou
adalah sebagai keterangan. Apabila
dilakukan permutasi dengan menempatkan shuujoshi
ne di akhir kalimat, maka akan teramati seperti pada data (17).
17)
東京/ やだよね。
Toukyou/
yada yo ne.
‘(Di) Tokyo/ menyebalkan ya.’
Keterangan – Predikat
Secara
makna, permutasi shuujoshi ne dengan
menempatkannya ke akhir kalimat tidak mengubah makna kalimat tersebut. Namun
dilihat dari struktur kalimatnya, terjadi perubahan. Data (16) adalah kalimat
yang berstruktur Predikat - Keterangan. Adapun data (17) adalah kalimat yang
berstruktur Keterangan - Predikat.
18)
ついてないなー/ 今日 (halaman 211)
Tsuite
nai naa/ kyou
‘Bukan hariku nih/ hari ini’
Predikat - Keterangan
Pada
data (18), teramati shuujoshi naa
yang menempati posisi di tengah kalimat. Shuujoshi
naa tersebut melekat pada tsuite inai
yang merupakan predikat, sedangkan kyou
adalah sebagai keterangan. Apabila
dilakukan permutasi dengan menempatkan shuujoshi
naa di akhir kalimat, maka akan teramati seperti pada data (19).
19)
今日/ ついてないなー。
Kyou/
tsuite nai naa.
Hari
ini/ bukan hariku nih
Keterangan – Predikat
Secara
makna, permutasi shuujoshi naa dengan
menempatkannya ke akhir kalimat tidak mengubah makna kalimat tersebut. Namun
dilihat dari struktur kalimatnya, terjadi perubahan. Data (18) adalah kalimat
yang berstruktur Predikat – Keterangan. Adapun data (19) adalah kalimat yang
berstruktur Keterangan – Predikat.
3.8.
Analisis Bunyi Panjang Shuujoshi Na dan Ne
Menurut Kawashima (1999: 105),
“Na な”
and “naa なあ”
are used in almost the same way, but “naa なあ”
has an even more emotional tone.“Na な” dan “naa なあ” digunakan dalam cara yang sama, namun “naa なあ” memiliki nada yang lebih emosional.
Begitu juga dengan ne,
Kawashima (1999: 116) menyatakan, “Ne ね”
and “nee ねえ”
are used in almost the same way, but “nee ねえ”
implies even more emotional tone. “Ne
ね” dan “nee ねえ” digunakan dalam cara yang sama, namun “nee ねえmenyatakan nada yang lebih emosional.
20)
遠野:親が西中がいいんじゃないかって
Toono : Oya ga nishichuu ga
ii n janai ka tte
‘Orangtuaku
bilang, katanya SMP Nishichuu itu bagus.’
明里:西中かぁ
Akari : Nishichuu kaa
‘Nishichuu ya..’
私どうしよう
Watashi dou shiyou
‘Duh, kalau aku
bagaimana ya..’
一緒がいいけど算数苦手だしなあ (halaman 35)
Issho ga ii kedo sansuu nigate dashi naa
‘Bagus sih kalau kita sekolah di SMP yang sama,
tapi aku tidak pandai dalam
aritmatika..’
Pemakaian shuujoshi naa pada data (20) mengindikasikan pernyataan tegas yang
disampaikan secara tegas terhadap sesuatu yang dianggap pasti oleh pembicara
terhadap lawan bicara. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi naa pada kalimat tersebut
melekat pada modalitas kakugen. Shuujoshi naa tersebut adalah shuujoshi na yang mengalami bunyi
panjang. Apabila bunyi panjang shuujoshi
naa dihilangkan maka akan menjadi kalimat
seperti teramati pada data berikut;
21)
一緒がいいけど算数苦手だしな。
Issho
ga ii kedo sansuu nigate dashi na.
‘Bagus sih kalau kita
sekolah di SMP yang sama, tapi aku tidak pandai dalam aritmatika..’
Sama halnya dengan data (20), shuujoshi na pada data (21) pun
menunjukkan pernyataan tegas yang disampaikan pembicara terhadap lawan bicara.
Penambahan bunyi panjang shuujoshi na mengindikasikan tuturan yang lebih
bersifat emosional namun tidak mengubah makna dan modalitas kalimat tersebut.
22)
先輩 : 1年―ダッシュ5本
Senpai
:
Ichinen~
dasshu gohon
‘Senior : Tingkat satu! Lari
cepat 5 garis!’
後輩 : はい!
Kouhai
:Hai!
‘Junior: Ya!’
先輩 : 終わった奴から準備しろよー
Senpai
:Owatta yatsu kara junbi shiro yo~
‘Senior : Bersiap dari orang yang selesai pertama!’
後輩: はい!
Kouhai
: Hai!
‘Junior: Ya!’
後輩 :きつい
Kouhai
: Kitsui
‘Junior : (latihan yang) keras’
後輩 :はーもー
聞いてねーよ
西中サッカー部そんな強くないよなぁ?(halaman 53)Kouhai
: Ha~mo~
Kiite ne~ yo
Nishichuu sakkaa bu sonna tsuyokunai yo naa?
‘Junior : Fiuuh…
Dengar, klub
sepakbola Nishichuu tidak sekuat itu kan ya?’
Pemakaian shuujoshi na pada data (22) mengindikasikan persetujuan pembicara
terhadap lawan bicara. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi naa pada kalimat tersebut
melekat pada modalitas kakugen. Shuujoshi naa tersebut adalah shuujoshi na yang mengalami bunyi
panjang. Apabila bunyi panjang shuujoshi naa
dihilangkan maka akan menjadi kalimat seperti teramati pada data berikut;
23)
西中サッカー部そんな強くないよな?
Nishichuu
sakka bu sonna tsuyokunai yo na?
‘Klub sepakbola Nishichuu itu tidak sekuat itu kan ya?’
Sama halnya dengan data (22), shuujoshi na pada data (23) pun
menunjukkan pernyataan tegas yang disampaikan pembicara terhadap lawan bicara.
Penambahan bunyi panjang shuujoshi na mengindikasikan tuturan yang lebih
bersifat emosional namun tidak mengubah makna dan modalitas kalimat tersebut.
24)
明里:遠野くん!
すごい降ってきたよ
Akari
: Toono kun!
Sugoi futte kita yo
‘Toono!
(Saljunya) banyak
yang turun loh!’
遠野:本当だ。
Toono
: Hontou da
‘Kau
benar’.
明日積もるかもしれないね。
Ashita tsumoru kamoshirenai ne
‘Mungkin besok saljunya akan menumpuk.’
雪結晶の観察してみたいなぁ。 (halaman 71)
Yuki kesshou no kansatsu shite mitai naa
‘Aku ingiiin deh mencoba
meneliti kristalisasi salju.’
Pemakaian shuujoshi naa pada data (24) mengindikasikan nada emosional pembicara
terhadap hal yang dibicarakannya. Shuujoshi
naa tersebut melekat pada verba bentuk tai
yang mengungkapkan keinginan. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi naa pada kalimat tersebut
melekat pada modalitas ganbou. Shuujoshi naa tersebut adalah shuujoshi na yang mengalami bunyi
panjang. Apabila bunyi panjang shuujoshi naa
dihilangkan maka akan menjadi kalimat seperti teramati pada data berikut;
25)
雪結晶の観察してみたいな。
Yuki kesshou no kansatsu shite mitai na
‘Aku
ingin deh meneliti kristalisasi
salju.’
Sama halnya dengan data (24), shuujoshi na pada data (25) pun
menunjukkan keinginan pembicara. Penambahan bunyi panjang shuujoshi na mengindikasikan tuturan yang lebih bersifat emosional
namun tidak mengubah makna dan modalitas kalimat tersebut.
26)
遠野:でも猫がいる所って一番涼しいんだって
Toono
: Dsemo neko ga iru tokoro tte ichiban suzushii n da tte
‘Tapi
tempat yang ada kucingnya itu katanya tempat yang paling sejuk’
明里:ふうん
わかるんだねー。(halaman 29)
Akari:
Fuun
Wakarunda nee
‘Yaa..
Kamu paham kaan?‘
Pemakaian shuujoshi nee pada data (26) mengindikasikan nada emosional
pembicara terhadap hal yang dibicarakannya. Shuujoshi
nee dalam konteks data (26) mengungkapkan persetujuan pembicara kepada
lawan bicara. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan shuujoshi nee pada kalimat tersebut melekat pada modalitas kakugen. Shuujoshi naa tersebut adalah shuujoshi
ne yang mengalami bunyi panjang. Apabila bunyi panjang shuujoshi nee dihilangkan maka akan menjadi kalimat seperti
teramati pada data berikut:
27)
わかるんだね
Wakarunda
ne
‘Kamu paham kan?’
Sama halnya dengan data (26), shuujoshi ne pada data (27) pun
menunjukkan permintaan persetujuan pembicara kepada lawan bicara. Penambahan
bunyi panjang shuujoshi ne
mengindikasikan tuturan yang lebih bersifat emosional namun tidak mengubah
makna dan modalitas kalimat tersebut.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil analisis pada bab tiga, penulis dapat menarik kesimpulan mengenai
penggunaan shuujoshi na 「な」dan
ne「ね」dalam
komik byousoku go senchimeetoru.
aa. Pada komik byousoku go senchimeetoru, shuujoshi
na melekat pada modalitas ganbou (keinginan) seperti terlihat pada data (1), kakugen (meminta
persetujuan terhadap lawan bicara)
seperti terlihat pada data (2), gaigen (keraguan) seperti terlihat pada data (3), kyoka (keizinan)
seperti terlihat pada data (4) dan irai (permohonan) seperti terlihat pada data (5) dan shuujoshi ne melekat pada modalitas irai (permohonan) seperti terlihat pada data (6), kakugen (meminta persetujuan terhadap lawan bicara) seperti terlihat
pada data (7), ganbou (keinginan) seperti terlihat pada data (8), dan gaigen (keraguan) seperti
terlihat pada data (9).
ab. Substitusi
shuujoshi na dan ne dapat dilakukan tanpa mengubah modalitas kalimat seperti
terlihat pada data (12) dan (13).
cc. Penempatan
posisi shuujoshi na dan ne selain di akhir
kalimat memengaruhi struktur kalimat
tersebut, namun tidak mengubah makna seperti terlihat pada data (14), (15), (16),
(17), (18) dan (19).
dd. Penggunaan
bunyi panjang pada shuujoshi na dan ne hanya mengubah nuansa nada emosi pembicara menjadi lebih kuat
namun tidak mengubah makna kalimat dan modalitasnya seperti terlihat pada data
(20), (21), (22), (23), (24), (25), (26) dan (27).
DAFTAR PUSTAKA
Chino, Naoko. 1991. All
About Particles A Handbook of Japanese Function Words. Tokyo: Kodansha
International.
Isao,
Iori dkk. 2001. Chuujoukyuu o Oshieru
Hito Tame no Nihongo Bunpou Handobbukku. Tokyo: 3A Corporation
Junichi, Sakuma. 2004. Nihongo Gengogaku Nyuumon: Korekara Hajimeru
Hito no Tame no Nyuugakusha. Tokyo: Kenkyusha
Kawashima, Sue A. 1999. A
Dictionary of Japanese Particles. Tokyo: Kodansha International.
Masuoka,
Takashi. 1992. Kiso Nihongo Bunpou.
Tokyo: Kuroshio Shuppan
Tersedia
di: http://www7b.biglobe.ne.jp/~linguistics/no4/syntax.html
[Diakses: 28 Desember 2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar