Dialek
Bahasa Jepang
Ina
Irnawati
Program Pendidikan
Bahasa Jepang, FPBS Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak: Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda
menurut pemakai dan daerahnya. Dialek tiap daerah sangat berbeda dengan bahasa
standar Jepang. Biasanya hanya penduduk setempat yang menggunakan dialek
tersebut. Untuk bisa mengerti dan memahami macam-macam dialek Bahasa Jepang,
kita harus mengetahui dahulu dialek dari masing-masing daerah, karena terdapat
perbedaan dari tiap daerah.
Pendahuluan:
Bahasa merupakan komponen terpenting dalam dunia manusia. Melalui bahasa manusia
saling berkomunikasi dan saling memahami. Penggunaan bahasa sendiri tergantung
kondisi dan lawan pembicara. Di Indonesia, terdapat banyak jenis dialek yang
berbeda-beda, karena terdapat banyak suku. Ternyata setiap daerah di Jepang pun
memiliki dialek (Hogen) yang berbeda-beda.
Selain memiliki banyak budaya, negara Jepang juga memiliki variasi
bahasa dan dialek tersendiri. Kita sebagai mahasiswa yang mempelajari Bahasa
Jepang wajib mengetahui jenis-jenis dialek Jepang. Dengan mempelajarinya, kita
dapat lebih memahami kebudayaan Jepang dan berkomunikasi lebih lancar dengan
orang-orang Jepang.
Biasanya dialek itu dibedakan atas terminologi aksen atas intonasi,
morfologi atau susunan/rangkaian kata (terutama kata kerja atau kata sifat),
penggunaan partikel, dan tentunya cara pengucapan (pronaunciation). Bahkan
beberapa berbeda pada level asal katanya, atau beberapa istilah di wilayah yang
berlainan memang berarti lain sama sekali. Jadi meski pun sudah belajar bahasa
Jepang (yang biasanya standar) tetapi harus berhadapan dengan orang yang
menggunakan dialek setempat, tetep saja “pinto konai”,atau dengan kata lain
“tidak nyambung”.Sampai sekarang
pengalaman mendengarkan atau menyaksikan acara TV yang bintang-bintangnya
menggunakan dialek daerah mereka (terutama Osaka-ben di mana para pelawak
banyak berasal dari sini).
Metode Penelitian: metode jurnal ini dilakukan dengan membandingkan sumber-sumber yang
telah didapat, baik dari internet maupun buku.
Hasil
dan Pembahasan: Berdasarkan sumber yang telah
didapat, terdapat beberapa jenis dialek Bahasa Jepang yang dibagi menjadi 2
wilayah, yaitu:
1.
Jepang Timur
a.
Dialek
Hokkaido
Penduduk Hokkaido sebagian besar merupakan pendatang yang relatif
baru dari berbagai daerah di Jepang. Dialek Hokkaido (Hokkaidō-ben)
dipengaruhi secara jelas oleh dialek Tohoku (Tōhoku-ben) yang dipakai
penduduk paling timur Pulau Honshu. Hal ini disebabkan letak geografis
Hokkaido dan Tohoku yang berdekatan. Ciri khas dialek Hokkaido adalah perbedaan
jender yang lebih sedikit dan banyaknya kosakata khas daerah. Kalimat dalam
dialek Hokkaido diakhiri dengan kata dabesa (だべさ) dan bukan desu (です). Ada
kecenderungan orang Hokkaido untuk berbicara cepat dan disingkat-singkat
seperti sering ditemui dalam cara berbicara orang di daerah pedalaman di
Jepang.
b.
Dialek
Tohoku
Dialek Tohoku dipakai orang
yang tinggal di 6 prefektur di wilayah
Tohoku yang merupakan daerah timur laut di Pulau Honshu. Dialek ini dapat
berbeda jauh dari bahasa Jepang Standar. Bila ada orang berbicara dalam dialek
Tohoku di televisi, maka stasiun televisi akan menampilkan teks terjemahan dalam bahasa
Jepang Standar.
Salah satu ciri khas dialek Tohoku yang sangat mencolok adalah tidak
adanya perbedaan antara vokal tinggi "i"
dan "u" sehingga kata-kata seperti sushi, susu
(jelaga), dan shishi
(singa) diucapkan
seperti sebuah homofon
(kata-kata tersebut diucapkan dengan perbedaan yang jelas dalam dialek-dialek
bahasa Jepang yang lain). Dialek Tohoku tidak mengenal perbedaan yang jelas
atau sedikitnya perbedaan dalam pengucapan antara shi dan su,
antara chi dan tsu, serta dakuon ji (じ/ぢ) dan zu (ず/づ). Bunyi-bunyi chi (ぢ), zu (づ), ji (じ), dan zu (ず) semua diucapkan
seperti [dzü]. Oleh karena itu, dialek Tohoku sering disebut Zūzū-ben (ズーズー弁?,
dialek Zūzū).
Pembagian dialek Tohoku menurut lokasi geografis:
- Tohoku Utara
- Dialek
Tsugaru di Prefektur Aomori
(Barat)
- Dialek
Nambu (Prefektur
Aomori sebelah timur dan ujung utara Prefektur Iwate)
- Dialek
Shimokita (Prefektur
Aomori timur laut, sekitar Semenanjung
Shimokita)
- Dialek
Iwate (Prefektur Iwate
sebelah utara)
- Dialek
Morioka (sekitar kota Morioka,
Prefektur Iwate)
- Dialek
Akita (Prefektur Akita)
- Dialek
Shōnai (Prefektur Yamagata
barat laut, sekitar bekas Domain
Shonai)
- Tohoku Selatan
- Dialek
Sendai (Prefektur Miyagi)
- Dialek
Iwate (selatan Prefektur Iwate)
- Dialek
Kesen (tenggara
Prefektur Iwate)
- Dialek
Yamagata atau dialek Murayama
(bagian tengah Prefektur Yamagata)
- Dialek
Yonezawa atau dialek
Okitama (bagian selatan Prefektur Yamagata)
- Dialek
Mogami atau dialek
Shinjo (timur laut Prefektur Yamagata)
- Dialek
Fukushima (Prefektur Fukushima
bagian tengah)
- Dialek Aizu
(bagian barat Prefektur Fukushima).
c.
Dialek
Kanto
Ciri khas dialek Kanto yang mengakhiri
kalimat dengan "-be" (~べ) dan
"-nbe" (~んべ) juga dimiliki
oleh dialek Tohoku. Dialek Kanto
Timur terutama mirip dengan dialek Tohoku. Dialek-dialek lokal Kanto di Tokyo
dan daerah pinggirannya menghilang secara perlahan-lahan karena bahasa Jepang
Standar lebih dulu dikenal secara luas di Kanto dibandingkan daerah-daerah lain
di Jepang.
Jenis-jenis dialek Kanto menurut letak geografis:
- Kanto Barat
- Dialek
Tokyo (Tokyo)
- Dialek
Yamanote (dialek kelas atas zaman dulu)
- Dialek
Shitamachi atau dialek Edo
(dialek kelas pekerja zaman dulu)
- Dialek Tama
(Tokyo Barat)
- Dialek
Saitama (Prefektur Saitama)
- Dialek
Chichibu (Prefektur
Saitama, sekitar Chichibu)
- Dialek
Gunma atau dialek
Jōshū (Prefektur Gunma)
- Dialek
Kanagawa (Prefektur Kanagawa)
- Dialek
Bōshū (selatan Prefektur Chiba)
- Kanto Timur
- Dialek
Ibaraki (Prefektur Ibaraki)
- Dialek
Tochigi (Prefektur Tochigi)
- Dialek
Chiba (Prefektur
Chiba).
d.
Dialek
Tōkai-Tōsan
Dialek Tōkai-Tōsan atau dialek Chūbu adalah dialek yang dipakai
orang di Prefektur Shizuoka, Prefektur Yamanashi (kawasan Kuninaka), Prefektur
Aichi, Prefektur Gifu, Prefektur
Nagano, dan Prefektur Niigata (kecuali kawasan Agakita dan Pulau Sado). Dialek ini banyak
dipengaruhi dialek Kansai dan dialek Kanto Barat.
Dialek Tōkai-Tōsan dibagi menjadi tiga kelompok:
Nagano-Yamanashi-Shizuoka, Echigo, dan Gifu-Aichi.
e.
Nagano-Yamanashi-Shizuoka
- Dialek
Nagano atau dialek
Shinshū (Prefektur Nagano)
- Dialek
Okushin (kawasan ujung utara)
- Dialek
Hokushin (kawasan utara)
- Dialek
Tōshin (kawasan timur)
- Dialek
Chūshin (kawasan tengah)
- Dialek
Nanshin (kawasan selatan)
- Dialek Izu
(timur Prefektur Shizuoka
sekitar Semenanjung
Izu)
- Dialek
Shizuoka (Prefektur
Shizuoka bagian tengah)
- Dialek Enshū
(Prefektur Shizuoka bagian barat)
- Dialek
Yamanashi (Prefektur Yamanashi)
f.
Echigo
- Dialek
Niigata (sekitar kota Niigata)
- Dialek
Nagaoka (Prefektur Niigata
bagian tengah)
- Dialek
Jōetsu (Prefektur
Niigata bagian barat)
- Dialek
Uonuma (Prefektur
Niigata bagian selatan)
g.
Gifu-Aichi
- Dialek Mino
(Prefektur
Gifu bagian selatan)
- Dialek Hida
(Prefektur Gifu bagian utara)
- Dialek
Chita (sepanjang Semenanjung
Chita)
- Dialek
Nagoya (sekitar kota Nagoya)
- Dialek
Mikawa (Prefektur Aichi
bagian timur)
- Mikawa
Barat
- Mikawa
Timur
2.
Jepang Barat
Dialek-dialek di Jepang bagian barat (kecuali Kyushu) memiliki
perbedaan mencolok dari bahasa Jepang Standar. Di antara ciri khas dialek
Jepang Barat adalah penggunaan kata oru (おる) untuk iru (いる, ada) serta
pemakaian kopula
ja (じゃ) atau ya (や) dan bukan da (だ).
Akhiran bentuk negasi adalah -n (~ん) seperti dalam wakaran (わからん, tidak tahu), dan bukan -nai (~ない) seperti dalam wakaranai (わからない). Ciri-ciri khas tersebut sebagian berasal dari bahasa Jepang Kuno.
a.
Dialek
Hokuriku
Jenis-jenis dialek Hokuriku:
- Dialek
Kaga (Prefektur Ishikawa
bagian selatan yang dulu disebut Provinsi
Kaga)
- Dialek
Kanazawa (sekitar kota Kanazawa)
- Dialek
Noto (wilayah utara Prefektur Ishikawa yang dulu disebut Provinsi Noto)
- Dialek
Toyama atau dialek Etchū (Prefektur Toyama)
- Dialek
Fukui (Prefektur
Fukui bagian utara)
- Dialek
Sado (Pulau Sado)
b.
Dialek
Kansai
Dialek Kansai adalah dialek yang dituturkan orang
yang tinggal di wilayah Kansai. Dialek ini memiliki sejumlah
perbedaan menurut daerahnya:
- Dialek
Kyoto (Prefektur
Kyoto bagian selatan,
terutama dituturkan oleh penduduk Kyoto)
- Dialek
Gosho (dialek penduduk Kyoto Gosho
zaman dulu)
- Dialek
Muromachi (dialek pedagang zaman dulu yang tinggal di pusat kota Kyoto)
- Dialek
Gion (dialek geiko
di Gion)
- Dialek
Osaka (Prefektur
Osaka)
- Dialek
Semba (dialek pedagang zaman dulu yang tinggal di tengah kota Osaka)
- Dialek
Kawachi (Prefektur Osaka bagian timur)
- Dialek
Senshū (Prefektur Osaka bagian selatan)
- Dialek
Kobe (Kota Kobe)
- Dialek
Nara atau dialek Yamato (Prefektur
Nara)
- Dialek
Okuyoshino atau Dialek Totsukawa (Prefektur Nara bagian paling selatan)
- Dialek
Tamba (Prefektur Kyoto bagian tengah, dan selatan Prefektur
Hyogo)
- Dialek
Maizuru (Kota Maizuru,
Prefektur Kyoto)
- Dialek
Banshū (Prefektur Hyogo Barat Daya)
- Dialek
Shiga atau dialek Ōmi (Prefektur
Shiga)
- Dialek
Wakayama atau dialek Kishū (Prefektur Wakayama
dan Prefektur
Mie bagian selatan)
- Dialek
Mie (Prefektur Mie)
- Dialek
Ise (Prefektur Mie bagian tengah)
- Dialek
Shima (Prefektur Mie bagian timur)
- Dialek
Iga (Prefektur Mie bagian barat)
- Dialek
Wakasa (Prefektur
Fukui bagian selatan)
c.
Dialek
Chūgoku
Dialek Chūgoku dituturkan orang di Prefektur
Okayama, Prefektur Hiroshima, Prefektur Yamaguchi, Prefektur
Shimane bagian barat, Prefektur
Tottori bagian tengah-timur, Prefektur
Hyogo bagian utara, dan Prefektur
Kyoto barat laut. Dialek Chūgoku pada dasarnya memakai aksen Tokyo.
Berbagai macam dialek yang ada di wilayah Chūgoku:
- Dialek
Hiroshima (Prefektur Hiroshima
bagian barat)
- Dialek Bingo
(Prefektur Hiroshima bagian timur)
- Dialek
Okayama (Prefektur Okayama)
- Dialek
Yamaguchi (Prefektur Yamaguchi)
- Dialek Iwami
(Prefektur Shimane
bagian barat)
- Dialek
Tottori (Prefektur Tottori
bagian timur)
- Dialek
Tajima (Prefektur Hyogo
sebelah utara)
- Dialek Tango
(ujung utara Prefektur Kyoto)
Dialek Hiroshima
menggunakan kopula
ja (じゃ) dan bukan da (だ). Kalimat yang berakhiran dengan ne (ね) diganti dengan no (の). Seperti halnya dialek-dialek Kyushu, ken (けん) dipakai sebagai pengganti kara (から). Kalimat diakhiri dengan kata jakenno (じゃけんの) dan bukan da, walaupun arti harfiah jaken (じゃけん) sebenarnya adalah dakara (だから, maka, oleh sebab itu).
Dialek Yamaguchi
menggunakan lebih banyak yōon dan diftong
dibandingkan dialek lainnya di Jepang. Konsonan ch sangat sering
digunakan, akhiran -choru (~ちょる)
sering dipakai untuk menggantikan bahasa Jepang Standar -te iru (~ている), serta -cha (~ちゃ)
dipakai untuk menggantikan da (だ) dalam
bahasa Jepang Standar.
d.
Dialek
Shikoku
Dialek Shokoku dituturkan orang di Shikoku (Prefektur
Kagawa, Prefektur Tokushima, Prefektur
Ehime, dan Prefektur Kochi). Dari segi tata bahasa
dan kosa
kata, dialek ini dipengaruhi dialek
Kansai, dialek Chūgoku, dan dialek Kyushu.
Jenis-jenis dialek Shikoku:
- Dialek
Tokushima atau dialek Awa
- Dialek
Kagawa atau dialek
Sanuki
- Dialek Iyo
(Prefektur Ehime)
- Dialek
Kōchi atau dialek
Tosa
- Dialek
Hata di Hata
(ujung paling barat Prefektur Kochi).
e.
Dialek
Umpaku
Umpaku merujuk kepada wilayah bekas Provinsi
Izumo (un dari karakter 雲 dalam
Izumo no Kuni, 出雲国) dan wilayah
bekas Provinsi Hōki (haku dari karakter 伯 dalam Hōki no Kuni, 伯耆国).
Dialek-dialek Umpaku dituturkan orang di bagian timur Prefektur
Shimane, bagian barat Prefektur
Tottori.
Dialek Umpaku dibagi menjadi:
- Dialek Izumo
(bagian timur Prefektur Shimane)
- Dialek
Yonago (bagian barat
Prefektur Tottori).
Di antara kosakata dari dialek Izumo dikenal luas di Jepang adalah
kata dan dan (だんだん) yang berarti terima kasih. Dialek Izumo menggantikan sukoshi
(すこし, sedikit) dengan chonboshi (ちょんぼし), dan banjimashite
(晩じまして) sebagai ucapan selamat petang (satu jam sebelum dan sesudah
matahari terbenam).
f.
Dialek
Kyushu
Dialek Kyushu dituturkan orang yang tinggal di Kyushu. Dilihat dari
segi perbendaharaan kosakata, dialek Satsugū (Prefektur Kagoshima) dan dialek Hichiku dipengaruhi
dialek Kansai, namun aksen
yang dipakai adalah aksen Tokyo yang
disederhanakan atau disamarkan.
g.
Dialek
Hōnichi
Dialek Hōnichi dituturkan
orang di wilayah Buzen (timur Prefektur
Fukuoka dan Prefektur Oita sebelah utara), Bungo
(Oita Selatan) dan Hyuga (Prefektur Miyazaki).
Dialek Hōnichi terdiri dari beberapa subdialek:
- Dialek
Kitakyūshū
- Dialek
Saigawa
- Dialek
Chikuhō: dialek
Tagawa, dialek Izuka
- Dialek
Nakatsu
- Dialek Oita
- Dialek Hita
- Dialek
Miyazaki
h.
Dialek
Hichiku
Dialek Hichiku dituturkan
orang di empat bekas provinsi Jepang yang disebut kawasan Hichiku: Hizen
(Prefektur
Saga dan Prefektur Nagasaki), Higo
(Prefektur Kumamoto), Chikuzen
(Prefektur Fukuoka), dan Chikugo
(Fukuoka Selatan).
Dialek Hichiku terdiri dari sejumlah subdialek.
- Dialek
Hakata (Kota Fukuoka)
- Dialek
Chikugo (Prefektur Fukuoka
bagian selatan)
- Dialek Ōmuta
- Dialek Saga
- Dialek
Nagasaki
- Dialek
Sasebo
- Dialek
Isahaya
- Dialek
Shimabara
- Dialek
Tsushima
- Dialek
Kumamoto
Dialek Hakata dituturkan orang di distrik Hakata yang merupakan
pusat kota Fukuoka. Kata tanya yang dipakai dalam
dialek Hakata adalah -to? (と?)
sebagai pengganti -no (の?), misalnya kaeru
to? (mau pulang?) atau kaeriyō to? (帰りよーと?), dan bukan kaeru no? (帰るの?) seperti dalam bahasa Jepang Standar.
Dialek Tsushima adalah
dialek yang dituturkan orang di Pulau Tsushima. Walaupun
letak Tsushima berdekatan dengan Semenanjung
Korea, dialek Tsushima tidak ada hubungannya dengan bahasa
Korea selain sejumlah kosakata yang dipinjam dari bahasa Korea.
Kosakata
serapan bahasa Korea dalam dialek Tsushima
|
|||
Dialek
Tsushima
|
Bahasa
Korea
|
Bahasa
Jepang Standar
|
Arti
dalam bahasa Indonesia
|
ヤンバン
yanban |
金持ち
kanemochi |
Orang
kaya
|
|
チング,
チングィ
chingu, chingui |
친구(親旧)
chingu |
友達
tomodachi |
teman
|
トーマンカッタ
tōmankatta |
도망(逃亡)갔다
domang gatta |
夜逃げ
yonige |
Melarikan
diri pada malam hari (atau kabur meninggalkan utang)
(domang gatta dalam bahasa Korea berarti melarikan diri) |
ハンガチ
hangachi |
한가지
hangaji |
ひとつ
hitotsu |
satu
(untuk barang)
(dalam bahasa Korea kata hangaji berarti satu jenis) |
チョコマン
chokoman |
조그만
jogeuman |
小さい
chiisai |
kecil
|
バッチ
batchi |
바지
baji |
ズボン
zubon |
celana
|
i.
Dialek
Satsugū
Dialek Satsugū adalah dialek yang dituturkan orang di Prefektur Kagoshima. Istilah Satsugū
merujuk kepada wilayah Provinsi Satsuma (Kagoshima Barat) dan Provinsi
Osumi (Kagoshima Timur). Dialek Satsugū terdiri dari dialek Kagoshima dan dialek Morokata (ujung
barat daya Prefektur Miyazaki).
Kepulauan Ryukyu
Bahasa Ryukyu sering disebut bahasa tersendiri dan
bukan merupakan salah satu dialek bahasa Jepang.
- Bahasa-bahasa
(dialek) Ryukyu Utara
- Bahasa-bahasa
(dialek) Ryukyu Selatan
- Bahasa
Jepang Okinawa (Uchinā
Yamatoguchi)
Secara nasional, selain dialek ala Osaka, dialek-dialek Tohoku atau
dialek Hakata di Fukuoka banyak dikenal luas. Ini oleh Jepang sendiri malah
kadang sebagai pengetahuan baru tambahan. Namun begitu, generasi muda, terutama
anak-anak di kota-kota besar, sudah sangat jarang mengenal dialeknya sendiri.
Ini dikarenakan sekat-sekat antar daerah hampir tidak ada sama sekali, ditambah
sarana komunikasi yang kerap menggunakan bahasa resmi/standar yang ada. Namun
begitu, beberapa wilayah seperti Sendai dan Tohoku ini, bahkan masih tetap
menyiarkan acara-acara untuk menggali dialek-dialek yang tersisa dan masih
banyak dikenal di masyarakat. Dan di jalanan atau tempat2 tertentu (di mana banyak
orang tuanya), sering masih terdengar dialek2 itu. “Oban-desu” yang berarti
“konbanwa” dalam hyoujungo atau “dabe” yang sama dengan “deshou”, adalah
sedikit dari yang diketahui.
Kesimpulan:
Dialek dibedakan atas terminologi aksen
atas intonasi, morfologi susunan kata, penggunaan partikel dan cara pengucapan.
Biasanya hanya penduduk setempat yang menggunakan dialek-dialek khas daerahnya. Dialog
dialek untuk yang formal adalah dialek Tokyo, namun ada juga dialek Kyoto yang
bahasanya dipandang sangat halus oleh orang Jepang itu sendiri. Dalam dialek
ada nada-nada tertentu dan biasanya yang ditekankan ada pada partikelnya.
Daftar Pustaka
Try
Sulistyo, Edy. (tanpa tahun). “Pembelajaran
Seni Lukis Anak Melalui Penerapan Teori Konstruktivistik”. Jurnal Seni
Universitas Sebelas Maret.
Drs.H.
Ganefri, M.Pd., PhD. (2012). Menulis
Artikel Ilmiah untuk Jurnal. Makalah. Universitas Negeri Padang.
Tim Pengajar. (2013). Shokyu Bunpou. Bandung: Jurusan
Pendidikan Bahasa Jepang UPI.
Lusiana,
Evi. (2009). Buku Pelajaran Bahasa Jepang
1. Jakarta: The Japan Foundation.
Lusiana,
Evi. (2009). Buku Pelajaran Bahasa Jepang
2. Jakarta: The Japan Foundation.
Lusiana,
Evi. (2009). Buku Pelajaran Bahasa Jepang
3. Jakarta: The Japan Foundation.
Aziz,
Firman dkk. (2014). Taktis Berbahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: asasupi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar