Senin, 05 Januari 2015

Dialek Bahasa Jepang

Dialek Bahasa Jepang
Ina Irnawati
Program Pendidikan Bahasa Jepang, FPBS Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak: Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai dan daerahnya. Dialek tiap daerah sangat berbeda dengan bahasa standar Jepang. Biasanya hanya penduduk setempat yang menggunakan dialek tersebut. Untuk bisa mengerti dan memahami macam-macam dialek Bahasa Jepang, kita harus mengetahui dahulu dialek dari masing-masing daerah, karena terdapat perbedaan dari tiap daerah.


Kata Kunci: Variasi, pemakai, daerah, pemahaman, pengetahuan.


Pendahuluan: Bahasa merupakan komponen terpenting dalam dunia manusia. Melalui bahasa manusia saling berkomunikasi dan saling memahami. Penggunaan bahasa sendiri tergantung kondisi dan lawan pembicara. Di Indonesia, terdapat banyak jenis dialek yang berbeda-beda, karena terdapat banyak suku. Ternyata setiap daerah di Jepang pun memiliki dialek (Hogen) yang berbeda-beda.
Selain memiliki banyak budaya, negara Jepang juga memiliki variasi bahasa dan dialek tersendiri. Kita sebagai mahasiswa yang mempelajari Bahasa Jepang wajib mengetahui jenis-jenis dialek Jepang. Dengan mempelajarinya, kita dapat lebih memahami kebudayaan Jepang dan berkomunikasi lebih lancar dengan orang-orang  Jepang.
Biasanya dialek itu dibedakan atas terminologi aksen atas intonasi, morfologi atau susunan/rangkaian kata (terutama kata kerja atau kata sifat), penggunaan partikel, dan tentunya cara pengucapan (pronaunciation). Bahkan beberapa berbeda pada level asal katanya, atau beberapa istilah di wilayah yang berlainan memang berarti lain sama sekali. Jadi meski pun sudah belajar bahasa Jepang (yang biasanya standar) tetapi harus berhadapan dengan orang yang menggunakan dialek setempat, tetep saja “pinto konai”,atau dengan kata lain “tidak  nyambung”.Sampai sekarang pengalaman mendengarkan atau menyaksikan acara TV yang bintang-bintangnya menggunakan dialek daerah mereka (terutama Osaka-ben di mana para pelawak banyak berasal dari sini).
Metode Penelitian: metode jurnal ini dilakukan dengan membandingkan sumber-sumber yang telah didapat, baik dari internet maupun buku.
Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan sumber yang telah didapat, terdapat beberapa jenis dialek Bahasa Jepang yang dibagi menjadi 2 wilayah, yaitu:

1.     Jepang Timur

a.      Dialek Hokkaido

Penduduk Hokkaido sebagian besar merupakan pendatang yang relatif baru dari berbagai daerah di Jepang. Dialek Hokkaido (Hokkaidō-ben) dipengaruhi secara jelas oleh dialek Tohoku (Tōhoku-ben) yang dipakai penduduk paling timur Pulau Honshu. Hal ini disebabkan letak geografis Hokkaido dan Tohoku yang berdekatan. Ciri khas dialek Hokkaido adalah perbedaan jender yang lebih sedikit dan banyaknya kosakata khas daerah. Kalimat dalam dialek Hokkaido diakhiri dengan kata dabesa (だべさ) dan bukan desu (です). Ada kecenderungan orang Hokkaido untuk berbicara cepat dan disingkat-singkat seperti sering ditemui dalam cara berbicara orang di daerah pedalaman di Jepang.

b.      Dialek Tohoku

Dialek Tohoku dipakai orang yang tinggal di 6 prefektur di wilayah Tohoku yang merupakan daerah timur laut di Pulau Honshu. Dialek ini dapat berbeda jauh dari bahasa Jepang Standar. Bila ada orang berbicara dalam dialek Tohoku di televisi, maka stasiun televisi akan menampilkan teks terjemahan dalam bahasa Jepang Standar.
Salah satu ciri khas dialek Tohoku yang sangat mencolok adalah tidak adanya perbedaan antara vokal tinggi "i" dan "u" sehingga kata-kata seperti sushi, susu (jelaga), dan shishi (singa) diucapkan seperti sebuah homofon (kata-kata tersebut diucapkan dengan perbedaan yang jelas dalam dialek-dialek bahasa Jepang yang lain). Dialek Tohoku tidak mengenal perbedaan yang jelas atau sedikitnya perbedaan dalam pengucapan antara shi dan su, antara chi dan tsu, serta dakuon ji (/) dan zu (/). Bunyi-bunyi chi (), zu (), ji (), dan zu () semua diucapkan seperti [dzü]. Oleh karena itu, dialek Tohoku sering disebut Zūzū-ben (ズーズー弁?, dialek Zūzū).
Pembagian dialek Tohoku menurut lokasi geografis:

c.       Dialek Kanto

Ciri khas dialek Kanto yang mengakhiri kalimat dengan "-be" (~べ) dan "-nbe" (~んべ) juga dimiliki oleh dialek Tohoku. Dialek Kanto Timur terutama mirip dengan dialek Tohoku. Dialek-dialek lokal Kanto di Tokyo dan daerah pinggirannya menghilang secara perlahan-lahan karena bahasa Jepang Standar lebih dulu dikenal secara luas di Kanto dibandingkan daerah-daerah lain di Jepang.
Jenis-jenis dialek Kanto menurut letak geografis:

d.      Dialek Tōkai-Tōsan

Dialek Tōkai-Tōsan atau dialek Chūbu adalah dialek yang dipakai orang di Prefektur Shizuoka, Prefektur Yamanashi (kawasan Kuninaka), Prefektur Aichi, Prefektur Gifu, Prefektur Nagano, dan Prefektur Niigata (kecuali kawasan Agakita dan Pulau Sado). Dialek ini banyak dipengaruhi dialek Kansai dan dialek Kanto Barat.
Dialek Tōkai-Tōsan dibagi menjadi tiga kelompok: Nagano-Yamanashi-Shizuoka, Echigo, dan Gifu-Aichi.

e.       Nagano-Yamanashi-Shizuoka

f.       Echigo

g.      Gifu-Aichi

·         Dialek Owari (Prefektur Aichi bagian barat)

2.     Jepang Barat

Dialek-dialek di Jepang bagian barat (kecuali Kyushu) memiliki perbedaan mencolok dari bahasa Jepang Standar. Di antara ciri khas dialek Jepang Barat adalah penggunaan kata oru (おる) untuk iru (いる, ada) serta pemakaian kopula ja (じゃ) atau ya () dan bukan da (). Akhiran bentuk negasi adalah -n (~ん) seperti dalam wakaran (わからん, tidak tahu), dan bukan -nai (~ない) seperti dalam wakaranai (わからない). Ciri-ciri khas tersebut sebagian berasal dari bahasa Jepang Kuno.

a.      Dialek Hokuriku

Jenis-jenis dialek Hokuriku:

b.      Dialek Kansai

Dialek Kansai adalah dialek yang dituturkan orang yang tinggal di wilayah Kansai. Dialek ini memiliki sejumlah perbedaan menurut daerahnya:
  • Dialek Kyoto (Prefektur Kyoto bagian selatan, terutama dituturkan oleh penduduk Kyoto)
    • Dialek Gosho (dialek penduduk Kyoto Gosho zaman dulu)
    • Dialek Muromachi (dialek pedagang zaman dulu yang tinggal di pusat kota Kyoto)
    • Dialek Gion (dialek geiko di Gion)
  • Dialek Osaka (Prefektur Osaka)
    • Dialek Semba (dialek pedagang zaman dulu yang tinggal di tengah kota Osaka)
    • Dialek Kawachi (Prefektur Osaka bagian timur)
    • Dialek Senshū (Prefektur Osaka bagian selatan)
  • Dialek Kobe (Kota Kobe)
  • Dialek Nara atau dialek Yamato (Prefektur Nara)
    • Dialek Okuyoshino atau Dialek Totsukawa (Prefektur Nara bagian paling selatan)
  • Dialek Tamba (Prefektur Kyoto bagian tengah, dan selatan Prefektur Hyogo)
    • Dialek Maizuru (Kota Maizuru, Prefektur Kyoto)
  • Dialek Banshū (Prefektur Hyogo Barat Daya)
  • Dialek Shiga atau dialek Ōmi (Prefektur Shiga)
  • Dialek Wakayama atau dialek Kishū (Prefektur Wakayama dan Prefektur Mie bagian selatan)
  • Dialek Mie (Prefektur Mie)
    • Dialek Ise (Prefektur Mie bagian tengah)
    • Dialek Shima (Prefektur Mie bagian timur)
    • Dialek Iga (Prefektur Mie bagian barat)
  • Dialek Wakasa (Prefektur Fukui bagian selatan)

c.       Dialek Chūgoku

Dialek Chūgoku dituturkan orang di Prefektur Okayama, Prefektur Hiroshima, Prefektur Yamaguchi, Prefektur Shimane bagian barat, Prefektur Tottori bagian tengah-timur, Prefektur Hyogo bagian utara, dan Prefektur Kyoto barat laut. Dialek Chūgoku pada dasarnya memakai aksen Tokyo.
Berbagai macam dialek yang ada di wilayah Chūgoku:
Dialek Hiroshima menggunakan kopula ja (じゃ) dan bukan da (). Kalimat yang berakhiran dengan ne () diganti dengan no (). Seperti halnya dialek-dialek Kyushu, ken (けん) dipakai sebagai pengganti kara (から). Kalimat diakhiri dengan kata jakenno (じゃけんの) dan bukan da, walaupun arti harfiah jaken (じゃけん) sebenarnya adalah dakara (だから, maka, oleh sebab itu).
Dialek Yamaguchi menggunakan lebih banyak yōon dan diftong dibandingkan dialek lainnya di Jepang. Konsonan ch sangat sering digunakan, akhiran -choru (~ちょる) sering dipakai untuk menggantikan bahasa Jepang Standar -te iru (~ている), serta -cha (~ちゃ) dipakai untuk menggantikan da () dalam bahasa Jepang Standar.

d.      Dialek Shikoku

Dialek Shokoku dituturkan orang di Shikoku (Prefektur Kagawa, Prefektur Tokushima, Prefektur Ehime, dan Prefektur Kochi). Dari segi tata bahasa dan kosa kata, dialek ini dipengaruhi dialek Kansai, dialek Chūgoku, dan dialek Kyushu.
Jenis-jenis dialek Shikoku:

e.       Dialek Umpaku

Umpaku merujuk kepada wilayah bekas Provinsi Izumo (un dari karakter dalam Izumo no Kuni, 出雲国) dan wilayah bekas Provinsi Hōki (haku dari karakter dalam Hōki no Kuni, 伯耆国). Dialek-dialek Umpaku dituturkan orang di bagian timur Prefektur Shimane, bagian barat Prefektur Tottori.
Dialek Umpaku dibagi menjadi:
Di antara kosakata dari dialek Izumo dikenal luas di Jepang adalah kata dan dan (だんだん) yang berarti terima kasih. Dialek Izumo menggantikan sukoshi (すこし, sedikit) dengan chonboshi (ちょんぼし), dan banjimashite (晩じまして) sebagai ucapan selamat petang (satu jam sebelum dan sesudah matahari terbenam).

f.        Dialek Kyushu

Dialek Kyushu dituturkan orang yang tinggal di Kyushu. Dilihat dari segi perbendaharaan kosakata, dialek Satsugū (Prefektur Kagoshima) dan dialek Hichiku dipengaruhi dialek Kansai, namun aksen yang dipakai adalah aksen Tokyo yang disederhanakan atau disamarkan.

g.      Dialek Hōnichi

Dialek Hōnichi dituturkan orang di wilayah Buzen (timur Prefektur Fukuoka dan Prefektur Oita sebelah utara), Bungo (Oita Selatan) dan Hyuga (Prefektur Miyazaki).
Dialek Hōnichi terdiri dari beberapa subdialek:

h.      Dialek Hichiku

Dialek Hichiku dituturkan orang di empat bekas provinsi Jepang yang disebut kawasan Hichiku: Hizen (Prefektur Saga dan Prefektur Nagasaki), Higo (Prefektur Kumamoto), Chikuzen (Prefektur Fukuoka), dan Chikugo (Fukuoka Selatan).
Dialek Hichiku terdiri dari sejumlah subdialek.
Dialek Hakata dituturkan orang di distrik Hakata yang merupakan pusat kota Fukuoka. Kata tanya yang dipakai dalam dialek Hakata adalah -to? (?) sebagai pengganti -no (?), misalnya kaeru to? (mau pulang?) atau kaeriyō to? (帰りよーと?), dan bukan kaeru no? (帰るの?) seperti dalam bahasa Jepang Standar.
Dialek Tsushima adalah dialek yang dituturkan orang di Pulau Tsushima. Walaupun letak Tsushima berdekatan dengan Semenanjung Korea, dialek Tsushima tidak ada hubungannya dengan bahasa Korea selain sejumlah kosakata yang dipinjam dari bahasa Korea.


Kosakata serapan bahasa Korea dalam dialek Tsushima
Dialek Tsushima
Bahasa Korea
Bahasa Jepang Standar
Arti dalam bahasa Indonesia
ヤンバン
yanban
양반(兩班)
yangban
金持
kanemochi
Orang kaya
(yangban adalah kelas elit di Korea)
チング, チングィ
chingu, chingui
친구(親旧)
chingu
友達
tomodachi
teman
マンカッタ
tōmankatta
도망(逃亡)갔다
domang gatta
夜逃
yonige
Melarikan diri pada malam hari (atau kabur meninggalkan utang)
(domang gatta dalam bahasa Korea berarti melarikan diri)
ハンガチ
hangachi
한가지
hangaji
ひとつ
hitotsu
satu (untuk barang)
(dalam bahasa Korea kata hangaji berarti satu jenis)
チョコマン
chokoman
조그만
jogeuman
さい
chiisai
kecil
バッチ
batchi
바지
baji
ズボン
zubon
celana


i.        Dialek Satsugū

Dialek Satsugū adalah dialek yang dituturkan orang di Prefektur Kagoshima. Istilah Satsugū merujuk kepada wilayah Provinsi Satsuma (Kagoshima Barat) dan Provinsi Osumi (Kagoshima Timur). Dialek Satsugū terdiri dari dialek Kagoshima dan dialek Morokata (ujung barat daya Prefektur Miyazaki).

Kepulauan Ryukyu

Bahasa Ryukyu sering disebut bahasa tersendiri dan bukan merupakan salah satu dialek bahasa Jepang.
Secara nasional, selain dialek ala Osaka, dialek-dialek Tohoku atau dialek Hakata di Fukuoka banyak dikenal luas. Ini oleh Jepang sendiri malah kadang sebagai pengetahuan baru tambahan. Namun begitu, generasi muda, terutama anak-anak di kota-kota besar, sudah sangat jarang mengenal dialeknya sendiri. Ini dikarenakan sekat-sekat antar daerah hampir tidak ada sama sekali, ditambah sarana komunikasi yang kerap menggunakan bahasa resmi/standar yang ada. Namun begitu, beberapa wilayah seperti Sendai dan Tohoku ini, bahkan masih tetap menyiarkan acara-acara untuk menggali dialek-dialek yang tersisa dan masih banyak dikenal di masyarakat. Dan di jalanan atau tempat2 tertentu (di mana banyak orang tuanya), sering masih terdengar dialek2 itu. “Oban-desu” yang berarti “konbanwa” dalam hyoujungo atau “dabe” yang sama dengan “deshou”, adalah sedikit dari yang diketahui. 
Kesimpulan: Dialek dibedakan atas terminologi aksen atas intonasi, morfologi susunan kata, penggunaan partikel dan cara pengucapan. Biasanya hanya penduduk setempat yang menggunakan dialek-dialek khas daerahnya. Dialog dialek untuk yang formal adalah dialek Tokyo, namun ada juga dialek Kyoto yang bahasanya dipandang sangat halus oleh orang Jepang itu sendiri. Dalam dialek ada nada-nada tertentu dan biasanya yang ditekankan ada pada partikelnya.



Daftar Pustaka
Try Sulistyo, Edy. (tanpa tahun). “Pembelajaran Seni Lukis Anak Melalui Penerapan Teori Konstruktivistik”. Jurnal Seni Universitas Sebelas Maret.
Drs.H. Ganefri, M.Pd., PhD. (2012). Menulis Artikel Ilmiah untuk Jurnal. Makalah. Universitas Negeri Padang.
Tim Pengajar. (2013). Shokyu Bunpou. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI.
Lusiana, Evi. (2009). Buku Pelajaran Bahasa Jepang 1. Jakarta: The Japan Foundation.
Lusiana, Evi. (2009). Buku Pelajaran Bahasa Jepang 2. Jakarta: The Japan Foundation.
Lusiana, Evi. (2009). Buku Pelajaran Bahasa Jepang 3. Jakarta: The Japan Foundation.
Aziz, Firman dkk. (2014). Taktis Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: asasupi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar